Intisari-Online.com – Seorang guru berbakat memulai kelasnya dengan memberikan sebuah cerita untuk membangkitkan pertanyaan dan minat siswa dalam subjek penelitian. Para siswa mengagumi cara mengajar guru itu dan mendengarkannya dengan penuh perhatian. Mereka menjawab pertanyaan gurunya dengan polos dan sang guru pun mendengarkan muridnya dengan penuh kesabaran.
Lalu, guru itu mengajari muridnya tentang perjuangan untuk kebebasan yang dipimpin oleh para pemimpin bangsa. Ia menceritakan kisah untuk memperkenalkan konsep kebebasan, pembebasan, dan kemerdekaan.
“Seorang tahanan harus menghabiskan beberapa tahun di penjara. Setelah bertahun-tahun berada dalam jeruji penjara yang menyakitkan, ia dibebaskan. Kembali ke desa asalnya, ia melihat seorang pria menjual sangkar burung kepada pelanggan yang lewat di sepanjang jalan. Ia melihat kejadian itu dan bergegas mendatangi pria itu. Ia membeli sangkar burung dengan membayarkan semua uang miliknya. Lalu ia membuka sangkar burung dan membiarkan burung di dalamnya terbang tinggi ke langit dan kembali ke sarang alami mereka.”
Setelah menceritakan kisah tersebut, guru itu bertaya kepada murid-muridnya, “Sekarang katakan, mengapa ia membeli sangkar burung dan membiarkan burung bebas terbang di udara?”
Para siswa berpikir secara mendalam. Salah satu dari mereka menjawab dengan polos, “Pak, mungkin karena orang itu membutuhkan sangkar kosong!” Guru itu benar-benar kehilangan kata-kata.
Sebuah kereta bebas selama berada di jalur mereka. Bila kereta itu tergelincir, maka akan kehilangan kebebasan untuk gerakannya. Pengorbanan sukarela dari hak-hak pribadi adalah dasar dari kebebasan sejati dan kehidupan sosial yang damai. Dalam puisi epiknya, Paradise Lost¸ John Milton (1608 – 1674) menggambarkan visi terdistorsi iblis kebebasan melalui kata-kata Lucifer setelah ia dilemparkan dari surga ke neraka, “Lebih baik memerintah di neraka, daripada melayani di Surga.”
Kebebasan sejati adalah hadiah kemurahan hati dari Tuhan, pembebasan-Nya dari cengkeraman dosa dan setan. Maka jangan biarkan kebebasan ini menjadi alasan untuk membiarkan keinginan fisik kita mengontrol kita. Sebaliknya, membiarkan cinta membuat kita melayani satu sama lain.