Intisari-Online.com – Seekor anak ayam sedang mencari makanan. Anak ayam itu sangat cerdas, dan cerdik. Tapi, ia selalu membual tentang kehebatannya dan senang berjalan sendirian. Ibunya selalu mengingatkannya, tapi ia mengatakan bahwa ia bisa menghadapi bahaya dengan menggunakan akal baiknya.
Suatu ketika, anak ayam itu berjalan sendirian di sepanjang hutan lebat. Tiba-tiba seekor ular kobra muncul. Sebelum kobra itu membua mulut untuk melahap anak ayam itu, ia berkata, “Berhenti, bodoh! Apakah kamu tidak tahu bahwa saya sangat beracun? Jika saya mematukmu, kau akan mati di tempat. Racun saya itu seribu kali lebih kuat dari milikmu. Setiap bagian dari tubuh saya ini beracun.”
Kobra itu berpikir sejenak. Ia tidak pernah mendengar ada seekor anak ayam yang beracun hingga saat ini. Tapi ia pun tidak mau mengambil risiko. Katanya kepada anak ayam, “Kau harus membuktikan dulu bahwa kau beracun. Maka, aku akan mengampunimu.”
Sementara itu, seorang pria sedang berjalan ke arah mereka. Anak ayam berkata kepada ular, “Perhatikan saya akan mematuk orang itu. Ia akan mati dan kau akan melihat saya membuktikannya.”
Setelah berkata demikian, anak ayam itu dengan kuat mematuk bagian belakang tumit pria itu dengan paruhnya yang tajam, lalu bersembunyi di balik semak-semak. Pria itu berbalik dengan menangis dan melihat kobra yang menakutkan sedang menyeringai. Pria itu merasa sangat ketakutan. Saking syoknya, pria itu pun pingsan.
Anak ayam yang merasa menang melompati tubuh pria itu dan berteriak, “Pergi, kau kobra. Kalau tidak, aku akan membunuhmu dengan sekali patuk.” Ia berpura-pura mengejar ular kobra itu. Ular itu merasa ketakutan dan meninggalkan kejadian dengan cepat. Anak ayam yang berani itu tertawa dan memuji kecerdasannya sendiri. Ia ingin memberitahu semua penghuni hutan bagaimana ia sudah menipu ular.
Seekor rubah licik melihat ular itu bergerak dengan cepat, dan ia bertanya apa yang terjadi. Tanpa jeda, kobra itu menangis, sambil berkata, “Teruslah lari, anak ayam berbisa mengejar saya. Jangan terlihat olehnya, ia bisa membunuhmu.”
Ular itu segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. Rubah yakin bahwa anak ayam itu telah menipu ular bodoh. Ia berlari menuju ke tempat dari mana ular itu muncul. Segera ia bertemu anak ayam yang bergerak dengan sombonya. Sebelum anak ayam itu mengucapkan sepatah kata pun, rubah menangkapnya. Menjilati bibirnya setelah menikmati makanan lezat, ia berseru, “Ah, aku yang beruntung! Sungguh anak ayam yang lezat!”
Demikianlah, kesombongan akan mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri.