Kisah Satu Tandan Pisang

K. Tatik Wardayati

Editor

Kisah Satu Tandan Pisang
Kisah Satu Tandan Pisang

Intisari-Online.com – Seorang petani memiliki perkebunan pisang. Itu adalah satu-satunya mata pencahariannya. Sementara, kendaraan umum tidak terdapat di desa yang terpencil tempat mereka tinggal.

Petani itu memiliki enam anak. Ketika buah pisang siap dijual, ia memanggil anak-anaknya, lalu menempatkan satu tandan pisang di atas kepala masing-masing anak. Tapi sebelumnya ia menilai berat tandan pisang dengan tangannya sebelum menempatkannya pada anak-anaknya.

Tandan pisang yang ringan akan ditempatkan pada putra bungsunya, dan tandan yang berat pada anak-anak yang lain sesuai usia dan kekuatannya. Ia sendiri membawa tandan pisang yang berat di kepalanya dan memimpin anak-anaknya ke pasar. Mereka menjual buah-buahan itu, lalu kembali pulang bersama-sama dengan gembira. Hal itu berlangsung selama beberapa tahun.

Putra bungsu dari petani itu kemudian menjadi seorang imam dan selalu ingat akan pengalaman tersebut. Dalam sebuah khotbahnya ia mengatakan, bahwa Tuhan yang penuh kasih bertindak seperti ayahnya. Ia akan menempatkan beban kesulitan di kepala kita dengan hanya beban yang tepat untuk masing-masing dari kita, apa yang dapat kita tanggung dan membawa banyak tanpa ketidaknyamanan.

Seorang pria harus menanggung banyak cobaan, kesulitan, dan kesengsaraan dalam hidupnya. Hidup bukanlah temat tidur mawar tetapi jalan duri. Tuhan memberi kita beban, dan ia memberikan kita bahu. Kita itu seperti teh celup. Kekuatan kita terungkap ketika kita masuk ke dalam air panas. Batu sandungan dan batu loncatan hanyalah berbeda dalam cara kita menggunakannya. Kesulitan adalah pelajaran terbaik bagi kita.