Intisari-Online.com – Alkisah, ada seorang Raja yang memiliki seratus anak. Yang termuda, yaitu anak yang keseratus, adalah Pangeran Gamani. Ia sangat energik, sabar, dan baik hati.
Semua anak-anak Raja dikirimkan untuk diajarkan oleh Guru. Pangeran Gamani, meskipun ia adalah anak keseratus, cukup beruntuk memiliki guru yang terbaik. Ia mendapatkan pembelajaran dan Guru paling bijaksana dari semua. Ia seperti seorang ayah untuk Pangeran Gamani, yang mencintai, menghormati, dan mematuhinya.
Setelah mereka dewasa, kebiasaan Raja untuk mengirim setiap pangeran yang sudah belajar ke provinsi yang berbeda. Mereka di sana mengembangkan bagaimana memerintah negara dan membantu orang-prang. Ketika Pangeran Gamani sudah cukup dewasa untuk melaksanakan tugas ini, ia pergi ke gurunya dan bertanya provinsi mana yang bisa dimintanya. Tetapi sang Guru menjawab, “Jangan pilih provinsi manapun. Sebaliknya, katakan kepada ayahmu, Sang Raja, bahwa jika ia mengirimkanmu, anak ke seratusnya, ke provinsi lain, maka tidak akan ada anak yang tersisa untuk melayaninya di kota kelahiran ini.” Pangeran Gamani mematuhi gurunya, dan ayahnya senang atas kebaikan dan kesetiaannya.
Lalu pangeran pergi lagi menemui gurunya dan bertanya, “Bagaimana saya bisa melayani ayah dan orang-orang di ibu kota ini?”
Guru yang bijaksana menjawab, “Tanyakan pada Raja untuk membiarkan Anda menjadi orang yang mengumpulkan biaya dan pajak, lalu mendistribusikan manfaatnya kepada masyarakat. Jika ia setuju, maka laksanakan tugas ini dengan jujur dan adil, dengan energi dan kebaikan.”
Sekali lagi sang pangeran mengikuti saran gurunya. Raja senang karena bisa mempercayai anak keseratusnya, karena dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Ketika Pangeran melakukan tugas sulit untuk mengumpulkan biaya dan pajak, Pangeran muda itu selalu lembut, adil, dan jujur. Ketika ia mendistribusikan makanan kepada mereka yang lapar dan barang lain untuk yang memerlukan, ia selalu murah hati, baik, dan simpatik. Sehingga, Pangeran Keseratus ini mendapatkan rasa hormat dan kasih sayang dari warganya.
Tibalah waktunya Raja di ujung usianya. Penasihatnya bertanya, siapa yang harus menjadi raja berikutnya. Ia mengatakan bahwa semua anak-anaknya yang berjumlah seratus memiliki hak untuk menggantikannya. Itu harus diserahkan kepada warga.
Setelah Raja mangkat, semua warga setuju untuk menunjuk Pangeran keseratus, menjadi Raja mereka berikutnya. Karena kebaikannya, mereka telah memahkotai sebagai Raja Gamani yang Benar.
Tentu saja, ke-99 saudaranya yang lebih tua yang mendengarnya, merasa terhina. Karena iri dan marah, mereka bersiap-siap untuk perang. Mereka mengirim pesan keapda Raja Gamani, yang isinya, “Kami semua lebih tua dari Anda. Negara tetangga akan menertawakan kita jika kita diperintah oleh Pangeran keseratus. Serahkan Kerajaan atau kita akan berperang!”
Setelah menerima pesan tersebut, Raja Gamani membawanya kepada Gurunya yang sudah tua, dan meminta nasihatnya. Kata Sang Guru, “Katakan kepada mereka, Anda menolak untuk berperan melawan saudara-saudara sendiri. Katakan kepada mereka, A nda tidak akan membantu mereka membunuh orang yang tidak bersalah yang telah datang untuk cinta. Katakan kepada mereka, bahwa sebaliknya, Anda membagi kekayaan Raja di antara seratus pangeran. Lalu, kirimlah kepada mereka masing-masing bagiannya.” Sekali lagi, Raja Gamani mematuhi gurunya.
Sementara itu ke-99 saudara tua Raja Gamani telah membawa pasukan tentara mereka masing-masing mengelilingi ibukota kerajaan. Ketika mereka menerima pesan Raja dan porsi kecil dari harta kerajaan, mereka mengadakan pertemuan. Mereka memutuskan bahwa setiap bagian sangat kecil itu hampir tidak berarti. Oleh karena itu, mereka tidak akan menerimanya.
Tetapi kemudian, mereka menyadari, bahwa dengan cara yang sama, jika mereka bertempur dengan Raja Gamani, dan kemudian Kerajaan itu sendiri akan dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang tidak berharga. Setiap bagian kecil dari kerajaan, meskipun besar, akan lemah dalam menghadapi setiap kerajaan lain yang tidak ramah. Sehingga, mereka mengirim kembali bagian-bagian mereka dari harta kerajaan sebagai korban perdamaian, dan menerima pemerintahan Raja Gamani.
Raja senang, dan mengundang saudara-saudaranya ke istana untuk merayakan perdamaian dan kesatuan Kerajaan. Ia menghibur saudaranya dengan cara yang paling sempurna, dengan kemurahan hati, percakapan yang menyenangkan, memberikan instruksi untuk keuntungan mereka, dan memperlakukan mereka dengan sopan.
Dengan cara ini, Raja dan ke-99 saudaranya menjadi lebih dekat sebagai teman daripada sebagai saudara. Mereka saling mendukung satu sama lain. Hingga akhirnya dikenal ke semua negara-negara tetangganya, sehingga tidak ada yang mengancam kerajaan atau rakyatnya. Setelah beberapa bulan, ke-99 Pangeran itu kembali ke provinsi mereka masing-masing.
Raja Gamani pun mengundang Guru tuanya yang bijaksana untuk tinggal di istana. Ia memberinya banyak hadiah. Ia membuat perayaan untuk Guru yang dihormatinya, dan mengatakan kepada penghuni istana, Aku, yang merupakan Pangeran keseratus, di antara seratus pangeran yang layak, berutang budi atas keberhasilanku kepada Guru atas nasihatnya yang bijak serta murah hati, dan memahamiku. Bahkan untuk persatuan dan kekuatan Kerajaan, kita berutang kepada Guru tercintaku.”
Dari kisah di atas, kita dapat mengambil hikmah, bahwa satu lebih layak daripada yang seratus kali lipat karena mengikuti saran Guru yang bijaksana.