Intisari-Online.com - Dalam labirin waktu, sejarah kerajaan Nusantara terukir melalui narasi-narasi klasik.
Kita sering menemukan diri kita terpesona oleh kisah-kisah yang dituturkan melalui prasasti dan lontar.
Ciri-ciri historiografi tradisional mengungkapkan lebih dari sekadar fakta; mereka membawa kita ke era di mana magis dan nyata berpadu.
Setiap kata yang tertulis adalah saksi bisu dari kejayaan masa lalu.
Melalui tulisan-tulisan ini, kita menyelami kedalaman tradisi dan kepercayaan yang telah lama ada.
Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya memahami konteks budaya dalam sejarah.
Dengan mempelajari ciri-ciri ini, kita membuka pintu ke pemahaman yang lebih dalam tentang warisan kita.
Pengertian Historiografi Tradisional
Penulisan sejarah di era kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara dikenal sebagai historiografi tradisional.
Pujangga kerajaan sering menciptakan karya-karya ini untuk membenarkan kedudukan raja atau penguasa yang berkuasa.
Media tulis alami seperti prasasti batu, lontar, kulit binatang, dan kertas menjadi sarana utama dalam pencatatan historiografi ini.
Baca Juga: Dampak Historiografi Kolonial bagi Masyarakat Indonesia, Ada Tiga Hal
KOMENTAR