Sikap Sempurna untuk Berdoa

K. Tatik Wardayati

Editor

Sikap Sempurna untuk Berdoa
Sikap Sempurna untuk Berdoa

Intisari-Online.com – Tiga ahli terkemuka bidang agama bertemu dalam sebuah seminar. Mereka sedang mendiskusikan tentang sikap yang ideal yang harus diikuti oleh umat beriman selama berdoa. Pendapat mereka rupanya berbeda.

Salah seorang profeosr berpendapat, bahwa tangan harus diangkat dan terentang ke surga untuk memuji Tuhan. Sikap yang menyerupai anak mengangkat tangannya untuk ayahnya yang penuh kasih, meminta ayahnya untuk mengangkatnya dan membawanya di pundak sang ayah.

Sarjana kedua mengatakan bahwa sikap ideal untuk berdoa meminta hadiah yang murah hati dari Tuhan yaitu dengan tangan terbuka ditempatkan di depan seolah-olah menerima aliran air untuk minum.

Ahli ketiga adalah seorang advokat. Ia menyarankan bahwa tangan harus menggenggam bersama-sama di depan dada, dengan telapak tangan ditekan bersama-sama, tegas, dan rata.

Argumen mereka terus-menerus hingga mereka menghentikan diskusi lalu mengikuti bagaimana orang-orang berdoa di sebuah tempat ibadat. Mereka menyaksikan orang-orang dengan hati-hati. Beberapa orang mengangkat tangan mereka, menunjukkan tanda permohonan, beberapa orang lain memegang tangan mereka tergenggam bersama-sama.

Tetapi, mereka melihat seseorang yang duduk di belakang tempat ibadah itu, mengenakan pakaian compang-camping, berdiri dengan tubuhnya ditutupi oleh selendang murah. Ia berada dalam meditasi mendalam, dengan mata tertutup. Ia tidak mengubah posturnya saat berdoa kepada Tuhan.

Setelah ibadat selesai, ketiga ahli ini bertemu dengan pria tadi, dan bertanya mengapa ia tidak mengubah postur tubuh saat berdoa kepada Tuhan. Pria itu hanya menggelengkan bahunya karena ia takut menghadapi tiga orang ahli ini bersama-sama. Seketika selendang yang menutupi pria itu terjatuh. Tampaklah, bahwa pria itu ternyata tidak memiliki tangan untuk diperlihatkannya selama berdoa. Ya, orang miskin ini telah kehilangan lengannya dalam sebuah kecelakaan.

Para ahli pun menyadari bahwa spiritualitas nyata tidak perlu ritual. Postur tubuh dan ritual dapat memperkuat spiritualitas tetapi bukan bagian penting dari sebuah spiritualitas.

Tiga ahli itu kemudian membantu pria itu menutupi dirinya dengan selendang. Mereka tercerahkan.