Intisari-Online.com -Tak hanya Solo dan Jogja, Kota Demak juga punya tradisi gerebeg.
Di Demak, ada tradisi tahunan yang dikenal sebagai grebeg besar.
Artikel ini akan coba ceritakan sejarah Grebeg Besar di Demak sebagai warisan Sunan Kalijaga.
Mengutip Kompas.com, Grebeg Besar merupakan salah satu tradisi tahunan di Kota Demak, Jawa Tengah.
Grebeg Besar biasanya dilakukan setiap tanggal 10 Dzulhijjah atau Idul Adha.
Pada zaman dahulu, acara Grebeg Besar ditujukan untuk mengenalkan agama Islam.
Dengan perayaan iniWali Songo bisa lebih mendekatkan diri kepada masyarakat Demak
Menurut dari situs Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, tradisi Grebeg Besar biasanya terdiri atas beberapa acara, yakni:
- Melakukan ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak serta Sunan Kalijaga
- Pasar malam rakyat
- Selametan Tumpeng Songo
- Kirab budaya
- Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga.
Tradisi Grebeg Besar tidak dapat dipisahkan dari peran Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam.
Menurut Nur Ahmad dalam jurnal yang berjudul Perayaan Grebeg Besar Demak sebagai Sarana Religi dalam Komunikasi Dakwah, awalnya tradisi Grebeg Besar diadakan sebagai upacara peringatan hari jadi Masjid Demak yang dibangun oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jawi serta Sunan Ampel.
Sebelum hari jadi dilangsungkan, dipikirkan beberapa upaya untuk menarik hati masyarakat Demak yang belum memeluk agama Islam.
Akhirnya dibentuklah acara Grebek Demak.
Acara ini berisikan permainan maupun kesenian tradisional yang sangat digemari masyarakat Demak saat itu.
Setelah keberhasilan acara tersebut, banyak masyarakat yang berdatangan ke Masjid Demak untuk mengikuti acara Grebek Demak.
Kabarnya, acara Grebeg sebenarnya sudah ada sejak 1506 Masehi, tepatnya pada zaman Kerajaan Majapahit.
Tapi tradisi ini secara turun temurun terus diwariskan dan digunakan oleh raja-raja di Pulau Jawa.
Sejarah tradisi Grebeg Besar di Demak juga tidak bisa dipisahkan dari peran Sultan Fattah serta Sunan Kalijaga.
Karena Sultan Fattah Sunan Kalijaga memutuskan untuk membuat tradisi grebeg sebagai media dakwah.
Contohnya Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg Syawal serta Grebeg Besar.
Mengutip dari jurnal yang berjudul Dinamika Grebeg Besar Demak Pada Tahun 1999-2003 (Tinjauan Sejarah dan Tradisi) (2014) karya Iwan Effendy, disebutkan jika dalam Bahasa Jawa, grebeg berarti suara angin yang menderu.
Namun, grebeg juga bisa diartikan sebagai pengumpulan beberapa orang di suatu tempat.
Sedangkan untuk kata 'besar' dalam Grebeg Besar diambil dari nama bulan Besar atau Dzulhijah.
Itulah artikel yang ceritakansejarah Grebeg Besar di Demak sebagai warisan Sunan Kalijaga, semoga bermanfaat.