Inilah Jalur Yang Ditempuh Oleh Bangsa Melayu Muda Atau Deutero Melayu Saat Datang Ke Wilayah Kepulauan Nusantara

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Bangsa Melayu Muda atau Deutero Melayu pada kurun waktu tahun 400-300 SM datang ke Kepulauan Nusantara dari Yunan. Jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur barat lewat Teluk Tonkin, Vietnam, Semenanjung Malaysia, sampai Nusantara.
Bangsa Melayu Muda atau Deutero Melayu pada kurun waktu tahun 400-300 SM datang ke Kepulauan Nusantara dari Yunan. Jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur barat lewat Teluk Tonkin, Vietnam, Semenanjung Malaysia, sampai Nusantara.

Intisari-Online.com -Bangsa Melayu Muda atau Deutero Melayu pada kurun waktu tahun 400-300 SM datang ke Kepulauan Nusantara dari Yunan.

Jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur barat lewat Teluk Tonkin, Vietnam, Semenanjung Malaysia, sampai Nusantara.

Begini penjelasannya.

Setidaknya ada empat teori masuknya nenek moyang bangsa Indonesia ke kepulauan Nusantara.

Salah satunya adalah Teori Yunan.

Teori Yunan mengungkapkan asal usul nenek moyang Indonesia berasal dari wilayah Tiongkok, tepatnya daerah Yunan.

Nenek moyang bangsa Indonesia dipercaya telah meninggalkan wilayah Yunan di sekitar hulu sungai Salween dan Sungai Mekong dengan memiliki tanah yang subur.

Diperkirakan karena bencana alam dan serangan suku bangsa lain maka mereka mulai bergerak untuk berpindah.

Nenek moyang bangsa Indonesia memiliki kebudayaan kelautan yang sangat baik.

Yakni sebagai penemu model asli perahu bercadik yang menjadi ciri khas kapal- kapal bangsa Indonesia saat itu.

Penduduk Austronesia yang masih termasuk dalam wilayah kepulauan Nusantaraini kemudian menetap dan akhirnya disebut bangsa Melayu Indonesia.

Orang-orang inilah yang menjadi nenek moyang langsung dari bangsa Indonesia sekarang.

Para Ahli yang sepakat dengan teori ini antara lain J.R. Logon, R.H Geldern, J.H.C Kern, dan J.R. Foster.

Dasar utama teori Yunan adalah ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki ciri khas yang sama dengan kapak tua di wilayah Asia Tenggara.

Penemuan tersebut menandakan adanya proses migrasi manusia di wilayah Asia Tenggara ke kepulauan di Nusantara.

Adanya migrasi manusia tersebut disebabkan karena faktor terdesak oleh bangsa yang lebih kuat.

Berdasarkan peristiwa tersebut, teori Yunanan menendakan ada tiga gelombang kedatangan tersebut, antara lain Proto Melayu, Deutro Melayu, dan Melanosoid.

Hal yang mendasari teori Yunan berikutnya adalah ditemukannya kesamaan bahasa yang digunakan masyarakat di kepulauan Nusantara dengan bahasa yang ada di kamboja, yakni bahasa Melayu Polinesia.

Fenomena tersebut menandakan bahwa orang-orang Kamboja berasal dari Yunan dengan cara menyusuri Sungai Mekong.

Arus migrasi atau perpindahan tersebut kemudian diteruskan saat sebagian mereka melanjutkan pergerakan tersebut sampai ke wilayah kepulauan di Nusantara.

Jadi kesamaan bahasa Melayu dengan bahasa Cham di Kamboja menandakan adanya hubungan dengan dataran Yunan.

Teori Yunan juga didukung oleh ahli dalam negeri bernama Moh. Ali yang menyatakan bahwa teori asal-usul nenek moyang Indonesia adalah manusia yang berasal dari Yunan.

Hal tersebut didasari oleh adanya dugaan perpindahan atau migrasi orang- orang di daerah Mongol ke selatan karena terdesak dengan bangsa-bangsa lain, terutama bangsa yang lebih kuat atau berkuasa.

Tiga gelombang perpindahan atau migrasi dalam teori Yunan dijelaskan lebih detail seperti berikut ini:

a. Proto Melayu

Proto Melayu atau Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia yang berasal dari Asia yang pertama kali datang di kepulauan Nusantara sekitar tahun 1500 SM.

Bangsa Proto Melayu ini memasuki wilayah nusantara dengan dua jalur, yakni jalur barat melalui Malaysia-Sumatera dan jalur timur melalui Filipina –Sulawesi.

Bangsa Proto Melayu ini memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan manusia purba sebelumnya.

Kebudayaan tersebutnya adalah batu baru atau disebut juga zaman neolithikum yang pembuatan batunya sudah dihaluskan.

Berdasarkan penelitian Van Heekeren di Kalumpang atau daerah Sumatera utara, telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong.

Tradisi tersebut dibawa oleh orang-orang Autranesia yang datang dari arah Utara atau melalui Filipina dan Sulawesi.

Perlu kita ketahui bahwa anak keturunan asli bangsa Proto Melayu adalah suku Dayak dan Suku Toraja yang masuk dalam suku bangsa Indonesia.

b. Deutero Melayu

Bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda kemudian berhasil mendesak dan akhirnya berasimilasi dengan bangsa pendahulunya, yakni bangsa proto Melayu.

Hal ini terjadi pada kurun waktu sekitar tahun 400-300 S, yakni gelombang kedua nenek moyang bangsa Indonesia datang ke wilayah Nusantara.

Bangsa Melayu muda ini masuk ke Nusantara dengan jalur barat dengan menempuh rute dari Yunan lebih tepatnya Teluk Tonkin, Vietnam, semenanjung Malaysia, dan sampai akhirnya sampai di wilayah Nusantara.

Bangsa ini telah memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa pendahulunya (Proto Melayu) karena sudah bisa menghasilkan barang-barang dari perunggu dan besi.

Contohnya kapak corong, kapak serpatu, dan bentuk- bentuk nekara.

Selain kebudayaan logam, bangsa ini juga sudah mulai mengembangkan kebudayaan megalithikum.

Contohnya membuat menhir atau tugu batu, dan unden berundak.

Keturunan bangsa Deutro melayu atau Melayu Muda ini adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis yang termasuk dalam suku bangsa Indonesia.

c. Melanesoid

Bangsa Melanesoid mulai hadir juga di sekitar wilayah Papua pada akhir zaman es 70.000 SM.

d. Bangsa Primitif

Sebelum masuknya kelompok- kelompok bangsa melayu (Proto Melayu dan Deutro Melayu) di Nusantara, sebenarnya sudah ada kelompok manusia yang telah lebih dulu tinggal di wilayah ini.

Kelompok tersebut termausk dalam bangsa primitive dengan budaya yang masih sangat sederhana.

Berikut ini rincian penjelasan tentang bangsa primitif di Nusantara:

Manusia Pleistosen (Purba)

Manusia purba saat itu selalu hidup nomaden, alias berpindah-pindah tempat dengan kemampuan yang sangat terbatas.

Begitu pula dengan kebudayaan yang mereka miliki sehingga corak hidup mereka tidak dapat diikuti kembali.

Kecuali pada beberapa aspek saja, seperti teknologinya yang masih sangat sederhana atau disebut juga dengan istilah teknologi paleolitik.

Suku Wedoid

Sisa- sia kelompok dari suku Wedoid sampai saat ini sebenarnya masih ada, yakni suku Sakai di Siak dan suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang.

Kelompok suku ini bertahan hidup dengan mengumpulkan hasil hutan dan berkebudayaan dengan sederhana.

Itulah sebabnya suku Wedoid sulit menyesuaikan diri dengan masyarakat modern.

Suku Negroid

Di wilayah Indonesia sudah tidak ditemukan lagi dari sisa- sisa suku Negroid.

Namun masih ada di pedalaman Malaysia dan Filipina dari keturunan suku Negroid ini.

Suku yang masuk dalam suku ini adalah suku Semang di Semenanjung Malaysia dan Suku Negrito di Filipina.

Bangsa Melayu Muda atau Deutero Melayu pada kurun waktu tahun 400-300 SM datang ke Kepulauan Nusantara dari Yunan. Jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur yang ditempuh oleh mereka adalah jalur barat lewat Teluk Tonkin, Vietnam, Semenanjung Malaysia, sampai Nusantara.

Artikel Terkait