Pameran Lukisan Garam 'Pranata Banyu' Kolaborasi Eggy Yunaedi dan Petani Garam Lasem

Mahandis Yoanata Thamrin
Alfa
,
Mahandis Yoanata Thamrin

Tim Redaksi

Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia (kanan) bersama Mulyono (paling kiri) dan Sujarwo (kedua dari kanan) kepala Desa Dasun, Lasem dalam  pembukaan Pameran Lukisan Garam Pranata Banyu pada Jumat, 8 Maret 2024. Di sebelah kiri tampak salah saru lukisan garam yang dipamerkan.
Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia (kanan) bersama Mulyono (paling kiri) dan Sujarwo (kedua dari kanan) kepala Desa Dasun, Lasem dalam pembukaan Pameran Lukisan Garam Pranata Banyu pada Jumat, 8 Maret 2024. Di sebelah kiri tampak salah saru lukisan garam yang dipamerkan.

Intisari-Online.com—Garam bagi masyarakat pada umumnya dikenal sebagai bumbu dapur atau senyawa kimia dengan komponen utamanya Natrium Klorida (NaCL). Namun, tidak dengan Eggy Yunaedi, seniman yang berkolaborasi dengan petani tambak di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Mereka pernahmembuat lukisan garam terbesar dengan ukuran dengan ukuran 34 x 21 meter di sebuah tambak garam bernama Tambak Gede Dasun, Lasem, Jawa Tengah.

MURI pun memberikan penghargaan sebagai lukisan tambak terbesar di dunia. Eggy Yunaedi bersama para petani tambakkembali membuat lukisan garam.Karya mereka dipamerkan dengan tajuk Pranata Banyu yang berlangsung dari tanggal 8-30 Maret 2024 di Sangkring Art Yogyakarta.

Pameran Lukisan Garam Pranata Banyu dibuka secara resmi oleh Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia pada Jumat, 8 Maret 2024. Dalam sambutannya, Pustanto mengatakan bahwa pameran ini sebagai bukti bahwa mereka telah melahirkan karya-karya dahsyat bahkan mendunia karena karya pertama mendapatkan penghargaanMURI sebagai lukisan garam terbesar. Garam menjadi barang karya kreatif budaya. Iaberharap akan terus berkobar karya-karya yang lebih dahsyat dan menginspirasi yang lain.

Eggy Yunaedi, yang ditemui Intisari disela-sela acara pembukaan Pameran Lukisan Garam Pranata Banyu, berujar bahwa ia tertarik berkolaborasi dengan para petani garam di Lasem karena mereka memiliki kisah kehidupan tambakyang diekspresikanmelalui lukisan garam. Menurut Eggy, garam adalah material elastis yang mudah dibentuk menjadi dua dimensi.

Eggy juga mengatakan bahwa lukisan di pameran kedua ini memiliki cerita berkesinambungan dari lukisan pertama yang mendapatkan penghargaan MURI. Lukisan pada pameran pertama dikerjakan di area tambak, sedangkan lukisan dalam pameran Pranata Banyu ini dipamerkan di ruangan tertutup dalam Sangkring Art Space Yogyakarta.

Egy Yunaedi berkolaborasi dengan petani tambak menggelar pameran lukisan garam bertajuk Pranata Banyu yang berlangsung di Sangkring Art Project, Yogyakarta pada 8-30 Maret 2024.
Egy Yunaedi berkolaborasi dengan petani tambak menggelar pameran lukisan garam bertajuk Pranata Banyu yang berlangsung di Sangkring Art Project, Yogyakarta pada 8-30 Maret 2024.

Eggy jugamengungkapkanbahwa lukisan bertajuk Pranata Banyu ini bercerita tentang sistem kalender penataan air di tambak dan menceritakan kapan waktu harus menanam garam dan kapan waktu menanmbak ikan bandeng.

Pranata Banyu adalah pranata mangsa berciri maritim berdasar pada posisi relatif bintang dan planet-planet terhadap bumi, tanda-tanda alam seperti perilaku binatang, pasang surut air sungai-laut, warna air sungai-laut, arah angin, gugurnya daun dan munculnya kepiting.

Semua kebiasaan dan tradisi ini diwarisi dan masih dipraktekkan oleh petani tambak dan nelayan di Desa Dasun, Lasem, Rembang hingga hari ini.

Sementara Mulyono, salah satu dari lima petani garam yang mengerjakan lukisan garam Pranata Banyu berujar bahwa dia awalnya tidak mengira, garam sebagai komoditas sumber penghasilannya bisa menjadi karya seni yang membanggakan.

Kendati Mulyono tidak memiliki latar belakang pendidikan seni, ia sangat antusias membuat karya kedua Pranata Banyu setelah karya pertamanya mendapatkan penghargaan MURI. Senada dengan Eggy, Mulyono juga mengharapakan pameran karya ketiga.

Kris Budiman, kurator pameran garam Pranata Banyu, mengungkapkan kepada Intisari bahwa sejatinya tidak ada kesulitan dalam mengurasii lukisan garam selain kesulitan teknis terkait dengan material garamnya.

Kris berujar bahwa kesulitan teknis ini berkaitan dengan tantangan cuaca dan kelembapan di area ruang pamer. Kesulitanitu sudah diantisipasi, tetapimasih meleset. Hal ini dikarenakan pameran ini berlangsung saat musim hujan dan di ruang tertutup.

Menurutnya, saat kelembapan tinggi maka garam cepat mencair sehingga lukisannya berubah. Lukisan garam di pameran ini perlu penanganan dan perawatan terhadap kondisi garamnya dengan cara dihangatkan dengan pemanas, ungkapnya.

Simak video pembukaan pameran lukisan garam Pranata Banyu di sini.

Artikel Terkait