Soda Badak Menjemput Seabad

Novani Nugrahani

Editor

Soda Badak Menjemput Seabad
Soda Badak Menjemput Seabad

Intisari-Online.com - Jangan kaget melihat menu "Badak" di daftar saat mampir ke salah satu rumah makan di Medan atau Pematang Siantar. Ini bukan menu makanan berbahan baku badak jawa atau badak sumatra. Atau jamu berbahan baku cula badak. Menu ini mengacu ke minuman bersoda yang bermerek "Badak".

Minuman soda "Badak" ini bukan sembarang minuman. Umurnya hampir merayap ke angka 100. Botolnya mirip botol Coca Cola, tetapi yang terpampang adalah gambar badak bercula satu dengan tulisan "Badak" produksi PT Pabrik Es Siantar. Wajar kalau ia melegenda dan mudah ditemukan berdampingan dengan minuman bersoda lainnya, teh botol, dan air mineral di berbagai rumah makan. Bagi warga Medan dan Pematang Siantar, soda "Badak" telah menjadi bagian dari sejarah mereka sejak dahulu kala. Bahkan di sana, minuman soda Badak lebih dahulu dikenal dibandingkan minuman bersoda lain dan juga teh botol.

Tahun 1916, pabrik dengan nama NV Ijs Fabriek Siantar didirikan Heinrich Surbeck - pria kelahiran Halau, Swiss - di Kota Pematang Siantar. Perusahaan ini memproduksi es batu dan juga minuman bersoda. Melihat angka tahunnya, minuman ini diproduksi jauh sebelum minuman bersoda lainnya masuk ke Indonesia, seperti Coca-Cola yang diperkenalkan tahun 1927 dan baru diproduksi di Jakarta tahun 1932.

Nama Badak memang nama yang unik untuk dijadikan nama merek minuman bersoda. Namun, sepertinya tak ada seorang pun yang tahu persis alasan nama Badak itu dipilih. Surbeck yang adalah sarjana teknik kimia sekaligus pencinta alam dahulu dikenal mempunyai banyak koleksi tumbuhan dan hewan kering. Nah, nama Badak diduga diambil sebagai simbol rasa cinta Surbeck terhadap alam.

Pemilihan kota Pematang Siantar sebagai lokasi pabrik soda Badak juga tetap menjadi misteri hingga kini. Hanya saja, Siantar diperkirakan dipilih menjadi lokasi pabrik karena kualitas airnya yang baik untuk dijadikan es batu. Selain itu, kota yang dikitari perkebunan itu dikenal sebagai kota yang mayoritas penduduknya berkantong tebal sehingga berpotensi sebagai konsumen soda Badak yang baik pada masa itu.

Dulu produksi Badak bisa mencapai 35.000 kerat per bulan. Penjualan tidak terbatas di Sumatera Utara, tetapi juga sampai ke Jawa. Kini produksi Badak berkurang. Saat ini, produksi Badak diperkirakan hanya tinggal separuh dibandingkan dengan pada saat mereka berjaya. Jenis rasa pun berkurang, sekarang hanya tinggal sarsaparila dan air soda. Bagi Anda yang tinggal di Jakarta, Anda bisa menikmati kesegaran soda Badak yang disajikan di rumah kopi Sabang 16, Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Konon sebuah rumah makan khas Medan di Muara Karang juga masih menyajikan soda Badak diantara merek minuman bersoda lainnya yang kini jauh lebih dikenal masyarakat.

Nah, kalau ke Medan jangan hanya mengingat bolu gulung meranti, bika ambon, atau teri medan.