Intisari-Online.com - Hari-hari terakhir Jelajah Sepeda Kompas Sabang Padang sungguh menyiksa perut saya yang tipis toleransi akan makanan pedas. Jadi saya tak bisa menikmati enaknya kuliner Minang. Terbersit seandainya ada kuliner di Padang yang tidak pedas. Ternyata ada! Donald, peserta jelajah dari Jakarta namun asli Minang, menawarkan sarapan enak yang pedas adalah pilihan. Maksudnya sambalnya dipisah.
Apa itu? Soto padang!
Jadilah pagi setelah etape terakhir selesai Donald membawa saya ke Bofet Rajawali di Jln. Juanda. Ada menu enak lain yang sudah saya sampaikan sejak di Bukittinggi, teh telur.
Soto padang ini disajikan dalam mangkuk kecil. Jika ingin pakai nasi maka ditaruh di piring dan ditaburi kerupuk merah. Mau tambah sensasi lagi? Pesan paru yang digoreng renyah.
Kesan pertama melihat soto padang tak beda dengan soto kudus. Namun begitu menyeruput kuahnya, perpaduan daging dan bumbunya memberikan kegurihan yang menyengat.
"Wah, enak tenannn ....," kata Purnama Sidi, peserta jelajah dari Klaten. Kesan pertama itu berlanjut dengan niat Purnama untuk balik bersama anak istri. Sebagai "tanda jadi" ia membawa paru-paru goreng sebagai oleh-oleh.
Pagi itu pengunjung ramai. Rumah makan ini memang memposisikan diri sebagai tempat sapan. Buka mulai pukul 06.45. Selain soto ada sup daging, lontong sayur, dan aneka makanan lain.
Nah, jika ada kesempatan ke Padang, sempatkanlah untuk mampir di Bofet Rajawali ini. Bagaimana dengan teh telurnya? Tunggu di tulisan berikutnya.