Intisari-Online.com - Bisa jadi sop konro adalah masakan asal Makassar yang paling terkenal di Jakarta. Rasa gurihnya yang khas
langsung terasa akrab dan diterima di lidah masyarakat lain. Beda tempat makannya, bisa beda rasanya!
Sebelum mencicipi sop konro dan jadi penggemar sejatinya, ada baiknya kita kenali arti kata konro. Dalam bahasa Makassar, konro artinya tulang. Sop ini memang memakai iga sapi yang masih komplet dengan tulang-tulangnya. Makanya, kata orang, "seni" makan
sop ini adalah ketika kita menggerogoti daging, serta mengisap sumsum tulangnya. Slurrp .... Sedap!
Sop konro memanfaatkan satu sisi iga yang dibagi empat. Jadi, seekor sapi cukup untuk delapan porsi. Berkat sop konro, iga sapi yang dulu tidak dimanfaatkan maksimal, kini jadi jeias penggunaannya. Para pemotong daging pun tersenyum senang.
Menurut H. Hanaping, pemilik rumah makan Sop Konro Karebosi Lompobattang di Kelapagading, Jakarta, resep sop ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu ketika Belanda masih dipanggil tuan di negeri kita. "Resepnya mungkin sudah ratusan tahun umurnya," terang pria kelahiran Pangkep ini.
Jadi kesimpulannya, sop konro memang masakan tradisional asli Makassar. Ketika masih menjadi masakan tradisional, rasa sop konro belum seperti sekarang. Hanaping mengaku, dirinyalah yang menciptakan resep barunya. Sejak awal, ia bertekad untuk lebih memopulerkan masakan ini agar bisa diterima di lidah banyak orang.
Kebetulan pada akhir 1960-an, banyak kaum pendatang dari beraneka suku yang mulai tinggal di Makassar Di tangan Hanaping, sop konro mengalami beberapa perubahan. Ia tidak memakai keluak, atau dalam bahasa setempat dinamakan kaloa, sehingga kuahnya tidak berwarna kehitaman. Bumbu bawang merah diganti dengan bawang putih. Kuahnya juga bukan kuah santan seperti sebelumnya.
Setelah mengalami beberapa kali percobaan, dan dengan takaran yang pas, barulah tercipta rasa seperti yang sekarang. Pria yang pernah berprofesi sebagai guru ini yakin, rasa baru sop konro bisa diterima semua orang dari bermacam suku di Indonesia.
"Apalagi orang sekarang 'kan biasa makan makanan enak di restoran-restoran. Jadi, masakan tradisional juga harus menyesuaikan diri," tegas Hanaping yang sampai sekarang masih membuat sendiri racikan bumbu untuk rumah makannya.
Sop konro dengan rasa seperti yang diciptakan Hanaping sekarang tersedia di hampir seluruh rumah makan di Makassar, Jakarta, maupun beberapa kota lain. Akan tetapi bagi lidah-lidah yang terbiasa menikmatinya, akan terasa ada sedikit perbedaan di antara sop-sop di daerah itu lantaran ada perbedaan pada takaran bumbu dan teknik pembuatannya.
Sebagai pelopor, Sop Konro Karebosi Lompobattang yang sekarang ngetop di Jakarta, awalnya hanyalah sebuah gerobak kaki lima. Diawali pada 1969 di Makassar. Karena mangkal di dekat Lapangan Karebosi, para pelanggan menamainya seperti itu. Mau tidak mau, Hanaping mengikuti apa kata peianggannya.
Dalam perjalanannya, ternyata nama Karebosi membawa hoki. Buktinya, cuma dalam waktu lima tahun, Hanaping bisa membeli tanah di Jln. Lompobattang yang dijadikan pusat rumah makannya sampai sekarang.
Atas saran para pelanggannya, Hanaping pula yang membawa sop konro masuk Jakarta pada 1993. Lokasinya di Kelapagading yang masih bertahan sampai sekarang. Sambutannya ternyata bagus.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR