Intisari-Online.com -Dua subholding baru terbentuk dari perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) III setelah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan restrukturisasi.
Subholding-subholding tersebut adalah PalmCo dan SupportingCo.
PalmCo merupakan subholding yang terdiri dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI, dan XIII yang bergabung dengan PTPN IV.
Sedangkan SupportingCo adalah subholding yang dibentuk dari penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV dengan PTPN I.
Proses penggabungan dua subholding ini resmi dilaksanakan pada akhir pekan lalu (1/12).
Menurut Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam siaran pers (3/12), merger PTPN Grup adalah salah satu cara yang dipilih Kementerian BUMN untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja keuangan perusahaan, serta membuat operasional perusahaan lebih ramping.
Setelah penggabungan, "Integrasi sistem, sumber daya manusia, operasional, keuangan, dan lain-lain akan segera dilakukan," kata Tiko, sapaan akrab Wamen, seperti dilansir dari Kontan.co.id.
Integrasi sistem ditargetkan selesai dalam enam bulan.
Dengan penggabungan ini, PalmCo berpotensi menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari segi luas lahan yang dimiliki.
Pasalnya, PalmCo akan memiliki lebih dari 600.000 hektare lahan pada 2026.
Jika berhasil, luas lahan PalmCo akan melebihi luas lahan milik Sime Darby yang mencapai 266.488 ha dan area tertanam 193.758 ha.
Sime Darby adalah perusahaan yang terbentuk dari merger tiga BUMN perkebunan kelapa sawit asal Malaysia yaitu Synergy Drive Sdn Bhd, yang terdiri dari Golden Hope Plantation Bhd, Sime Darby Bhd, dan Guthrie Bhd.
Luas lahan PalmCo juga akan melampaui luas tanaman Golden Agri yang sekitar 485.606 ha.
Jika semuanya lancar, pada tahun yang sama, PalmCo juga akan menjadi aktor utama industri sawit dunia.
Sebagai contoh, untuk produksi crude palm oil (CPO) nasional dan minyak goreng dalam negeri, PalmCo yang saat ini memproduksi minyak goreng 460.000 ton per tahun akan meningkat menjadi 1,8 juta ton per tahun pada tahun 2026.
Ini berarti, perusahaan ini ditantang untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 4 kali lipat.
Tiko mengatakan, PalmCo ke depan akan fokus untuk mengembangkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit.
Perusahaan juga akan memproduksi biogas, biodiesel sustainable efficient fuel, dan produk lainnya.
"Transformasi ini akan membuat PalmCo menjadi perusahaan sawit unggulan, baik di on-farm maupun off-farm untuk bisa melakukan downstream, penciptaan nilai, termasuk renewable energy yang berkelanjutan," ujarnya.
Lalu bagaimana dengan SupportingCo?
SupportingCo akan menjadi perusahaan di bawah holding PTPN III yang bertanggung jawab untuk mengelola aset perkebunan.
Perusahaan akan bertugas untuk memanfaatkan aset perkebunan dengan optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, serta diversifikasi usaha lainnya.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani menyatakan subholding akan memaksimalkan aset landbank sekaligus meningkatkan margin Ebitda dalam 5 tahun mendatang.