Ketika Tentara Sekelas Perang Dunia II Dipecundangi Tentara Indonesia di Ambarawa

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Pertempuran di Ambarawa.
Ilustrasi - Pertempuran di Ambarawa.

Intisari-online.com - Pertempuran Ambarawa adalah salah satu peristiwa heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran ini terjadi antara 20 Oktober 1945 hingga 15 Desember 1945 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Dalam pertempuran ini, pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Kolonel Soedirman berhasil mengalahkan pasukan Sekutu dan NICA yang didukung oleh pasukan Gurkha Inggris.

Pertempuran Ambarawa bermula dari kedatangan pasukan Sekutu dan NICA ke Jawa Tengah dengan dalih melakukan rehabilitasi tawanan perang dan interniran (RAPWI).

Pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Bethell mendarat di Semarang pada 19 Oktober 1945 dan membawa sekitar 2.000 orang NICA yang merupakan mantan pegawai pemerintahan kolonial Belanda.

Pasukan Sekutu dan NICA kemudian bergerak ke Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan tawanan perang Belanda dan Jepang yang berada di kamp-kamp penjara.

Namun, mereka juga mempersenjatai para tawanan tersebut dan berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.

Hal ini menimbulkan kemarahan dan perlawanan dari rakyat Indonesia, terutama para pemuda dan TKR yang baru terbentuk.

TKR adalah pasukan resmi Republik Indonesia yang dibentuk dari bekas anggota PETA, Heiho, dan BKR.

Pada 26 Oktober 1945, terjadi insiden di Magelang antara pasukan TKR dan pasukan Sekutu dan NICA.

Insiden ini dipicu oleh sikap arogan dan provokatif NICA yang mengganggu rakyat Indonesia.

Baca Juga: Cerita Dramatis Di Balik Sejarah Benteng Pendem Ngawi, Punya Hubungan Juga Dengan Diponegoro

TKR yang dipimpin oleh Mayor Isdiman kemudian menyerang pos-pos Sekutu dan NICA di Magelang.

Pertempuran di Magelang berlangsung sengit dan menewaskan banyak korban dari kedua belah pihak.

Pada 2 November 1945, Presiden Soekarno dan Brigadir Bethell datang ke Magelang untuk melakukan perundingan dan menghentikan pertempuran.

Mereka sepakat untuk membuka jalan raya Magelang-Ambarawa bagi lalu lintas Indonesia dan Inggris, tidak mengakui aktivitas NICA, dan menempatkan pasukan Inggris di Magelang untuk mengurus evakuasi tawanan perang.

Namun, kesepakatan ini tidak berlangsung lama.

Pasukan Inggris menambah jumlah pasukannya di Magelang dan mengirim pasukan Gurkha ke Ambarawa.

Pasukan Gurkha adalah pasukan khusus Inggris yang berasal dari Nepal dan terkenal dengan keganasan dan keberaniannya.

Pada 20 November 1945, pasukan Gurkha menyerang pos-pos TKR di Ambarawa.

TKR yang dipimpin oleh Mayor Sumarto berusaha mempertahankan posisinya, tetapi kalah jumlah dan persenjataan.

Mereka kemudian meminta bantuan dari Markas Besar TKR di Yogyakarta.

Pada 23 November 1945, Kolonel Soedirman yang baru saja ditunjuk sebagai Panglima Besar TKR oleh Presiden Soekarno, berangkat ke Ambarawa dengan membawa pasukan bantuan.

Baca Juga: Peristiwa Ambarawa, Ketika Rakyat Indonesia Berani Lawan Pasukan Inggris

Soedirman tiba di Ambarawa pada 29 November 1945 dan langsung mengambil alih komando pertempuran.

Ia merancang strategi untuk mengusir pasukan Gurkha dari Ambarawa.

Strategi tersebut adalah taktik supit urang, yaitu menyerang musuh dari dua sisi secara bersamaan sehingga musuh terperangkap.

Taktik supit urang berhasil dilaksanakan oleh pasukan TKR pada 12 Desember 1945.

Pasukan Gurkha yang terkepung di Ambarawa tidak bisa bertahan lama dan akhirnya menyerah pada 15 Desember 1945.

Mereka kemudian mundur ke Semarang dengan diawasi oleh pasukan TKR.

Pertempuran Ambarawa merupakan kemenangan gemilang bagi pasukan TKR dan rakyat Indonesia.

Pertempuran ini menunjukkan bahwa pasukan TKR mampu menghadapi pasukan Sekutu dan NICA yang lebih kuat dan modern.

Pertempuran ini juga menegaskan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia di mata dunia.

Pertempuran Ambarawa juga mengangkat nama Kolonel Soedirman sebagai pahlawan nasional dan panglima besar yang disegani.

Soedirman dianggap sebagai simbol perjuangan dan kepemimpinan yang tegas, cerdas, dan berani. Ia juga dihormati oleh musuh-musuhnya, termasuk pasukan Gurkha.

Pertempuran Ambarawa kini diperingati sebagai Hari Juang Kartika, yaitu hari besar bagi TNI Angkatan Darat.

Hari Juang Kartika dirayakan setiap tanggal 15 Desember sebagai penghormatan kepada para pejuang yang gugur dalam pertempuran Ambarawa dan pertempuran-pertempuran lainnya.

Artikel Terkait