Intisari-online.com - Yogyakarta, 25 November 1945. Kota yang menjadi pusat perjuangan kemerdekaan Indonesia itu mendadak menjadi lautan api.
Pesawat-pesawat Inggris yang datang dari arah selatan menjatuhkan bom-bom yang menghancurkan bangunan-bangunan penting dan menewaskan ribuan warga sipil.
Ini adalah serangan udara kedua yang dilakukan Inggris terhadap Yogyakarta, setelah yang pertama pada 27 Oktober 1945.
Apa sebabnya Inggris membom Yogyakarta? Apa dampaknya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia? Bagaimana reaksi pemerintah dan rakyat Indonesia?
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Namun, Belanda yang merupakan mantan penjajah Indonesia tidak mengakui kemerdekaan tersebut dan berusaha untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia.
Belanda mendapat dukungan dari Inggris, yang merupakan sekutu dekatnya dan juga memiliki kepentingan di Asia Tenggara.
Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 24 Agustus 1945 pihak Inggris dan Belanda menyutujui kesepakatan untuk mengkolonialisasi kembali Indonesia.
Pada 29 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu.
Tentara Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Sir Philip Christison bertugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, mengurus tawanan perang dan tawanan sipil Sekutu, serta menyerahkan kembali wilayah Indonesia kepada Belanda.
Namun, tentara Inggris juga terlibat dalam konflik bersenjata dengan tentara dan pejuang Indonesia yang menolak kehadiran mereka.
Salah satu daerah yang menjadi sasaran tentara Inggris adalah Yogyakarta, yang merupakan ibu kota Republik Indonesia sejak 6 Oktober 1945.
Di sana, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta memimpin pemerintahan Indonesia yang berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda dan Sekutu.
Serangan Pertama
Serangan udara pertama yang dilakukan Inggris terhadap Yogyakarta terjadi pada 27 Oktober 1945.
Pada hari itu, sekitar pukul 10.00, empat pesawat pembom Inggris muncul di langit Yogyakarta dan menjatuhkan bom-bom di beberapa tempat, seperti lapangan terbang Maguwo, gedung-gedung pemerintahan, dan pemukiman warga.
Serangan ini menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang cukup besar.
Menurut laporan resmi pemerintah Indonesia, ada 36 orang yang tewas dan 76 orang yang luka-luka akibat serangan ini.
Selain itu, beberapa bangunan penting, seperti gedung Departemen Luar Negeri, Kantor Pos, dan Rumah Sakit Umum, rusak parah akibat bom.
Serangan ini juga mengganggu jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang sedang berlangsung di gedung Gedung Agung. Sidang ini bertujuan untuk menyusun dasar negara dan konstitusi Indonesia.
Para anggota BPUPKI yang sedang berada di ruang sidang terpaksa mengungsi ke ruang bawah tanah untuk menghindari ledakan bom.
Serangan ini mengejutkan pemerintah dan rakyat Indonesia, karena sebelumnya tidak ada peringatan atau ultimatum dari pihak Inggris.
Baca Juga: Hubungan Sebab Akibat Antara Peristiwa Satu Dengan Peristiwa Lain Dalam Sejarah Disebut...
Pemerintah Indonesia kemudian mengutuk serangan ini sebagai tindakan agresi yang melanggar hukum internasional dan hak-hak asasi manusia.
Pemerintah Indonesia juga mengirimkan protes keras kepada pihak Inggris melalui perwakilan Sekutu di Jakarta.
Namun, pihak Inggris tidak mengakui tanggung jawab atas serangan ini dan mengklaim bahwa pesawat-pesawat yang membom Yogyakarta adalah pesawat-pesawat Jepang yang mencoba untuk mengacaukan situasi.
Pihak Inggris juga mengatakan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menyerang Yogyakarta, tetapi hanya ingin menunjukkan kekuatan udara mereka dan memberikan peringatan kepada pihak Indonesia agar tidak melakukan perlawanan terhadap Sekutu.
Pihak Indonesia tidak percaya dengan alasan-alasan Inggris dan menuduh mereka bersekongkol dengan Belanda untuk menghancurkan kemerdekaan Indonesia.
Pihak Indonesia juga menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerah kepada tekanan Inggris dan akan terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan.
Serangan Kedua
Serangan udara kedua yang dilakukan Inggris terhadap Yogyakarta terjadi pada 25 November 1945, sebulan setelah serangan pertama.
Pada hari itu, sekitar pukul 13.00, delapan pesawat pembom Inggris muncul di langit Yogyakarta dan menjatuhkan bom-bom di beberapa tempat, seperti lapangan terbang Maguwo, gedung-gedung pemerintahan, dan pemukiman warga.
Serangan ini lebih dahsyat dan lebih mematikan daripada serangan pertama. Menurut laporan resmi pemerintah Indonesia, ada 600 orang yang tewas dan 2.000 orang yang luka-luka akibat serangan ini.
Selain itu, banyak bangunan penting, seperti gedung Departemen Pertahanan, Kantor Berita Antara, dan Rumah Sakit Bethesda, hancur akibat bom.
Serangan ini juga menyebabkan kebakaran besar yang melanda sebagian besar kota Yogyakarta.
Baca Juga: Inilah Latar Belakang Munculnya Peristiwa APRA Di Bandung Tahun 1950
Api yang berkobar-kobar menghanguskan rumah-rumah, toko-toko, dan kendaraan-kendaraan yang ada di sepanjang jalan Malioboro, jalan utama di kota itu.
Warga yang panik berusaha untuk menyelamatkan diri dan barang-barang mereka dari kobaran api.
Serangan ini juga mengganggu jalannya kongres perempuan pertama pasca-kemerdekaan, yang sedang berlangsung di Senisono.
Kongres ini bertujuan untuk membentuk organisasi perempuan nasional yang bernama Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari).
Para peserta kongres yang sedang berada di ruang sidang terpaksa mengungsi ke gua-gua untuk menghindari ledakan bom.
Serangan ini kembali mengejutkan pemerintah dan rakyat Indonesia, karena sebelumnya tidak ada peringatan atau ultimatum dari pihak Inggris.
Pemerintah Indonesia kemudian mengutuk serangan ini sebagai tindakan agresi yang lebih kejam dan lebih biadab daripada serangan pertama.
Pemerintah Indonesia juga mengirimkan protes keras kepada pihak Inggris melalui perwakilan Sekutu di Jakarta.
Namun, pihak Inggris kembali tidak mengakui tanggung jawab atas serangan ini dan mengklaim bahwa pesawat-pesawat yang membom Yogyakarta adalah pesawat-pesawat Jepang yang mencoba untuk mengacaukan situasi.
Pihak Inggris juga mengatakan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menyerang Yogyakarta, tetapi hanya ingin menunjukkan kekuatan udara mereka dan memberikan peringatan kepada pihak Indonesia agar tidak melakukan perlawanan terhadap Sekutu.
Pihak Indonesia tidak percaya dengan alasan-alasan Inggris dan menuduh mereka bersekongkol dengan Belanda untuk menghancurkan kemerdekaan Indonesia.