Peristiwa Intifada Pertama 9 Desember 1987, Ketika Palestina Mulai Melawan Pendudukan Israel

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Peristiwa gerakan Intifada Pertama, ketika warga Palestina mulai melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Peristiwa gerakan Intifada Pertama, ketika warga Palestina mulai melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Intisari-Online.com -Sejarah perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel berlangsung cukup lama.

Yang paling diingat tentu saja peristiwa Intifada pertama yang terjadi pada 9 Desember 1987.

Itu adalah waktu di mana Palestina mulai melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Gerakan Intifada Palestina terjadi dua kali.

Intifada Pertama berlangsung sejak Desember 1987 hingga 1991, sementara Intifada Kedua sejak awal 2000-an.

Terkait Intifada Pertama, ada juga yang bilan, gerakan itu baruberakhir pada September 1993, ketika ditandatangani Perjanjian Oslo antara Israel dan Palestina.

Dilansir dari Kompas.com, Intifada Pertama disebabkan oleh kekesalan rakyat Palestina atas pendudukan militer Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pendudukan Israel di dua wilayah tersebut telah berlangsung 20 tahun, sejak kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari (1967).

Selama itu, terjadi perampasan tanah dan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Jalur Gaza oleh Israel secara intensif.

Masuk1987, sekitar 2.000 pemukim Israel telah menduduki 40 persen wilayah Jalur Gaza.

Sedangkan 650.000 orang Palestina yang terus didesak, menghuni 60 persen sisanya, menjadikan Jalur Gaza yang dihuni orang Palestina sebagai salah satu wilayah terpadat di muka bumi.

Orang-orang Palestina juga harus hidup di bawah pengawasan karena ekspresi nasionalisme Palestina dalam bentu apapun dilarang, termasuk penggunaan bendera Palestina.

Gerak mereka dibatasi dan pos pemeriksaan yang dijaga militer Israel ada di mana-mana.

Masih dari sumber yang sama, Gerakan Intifada Pertama dimulai pada 9 Desember 1987, ketika sebuah truk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menabrak mobil sipil di Gaza, hingga menewaskan empat pekerja Palestina.

Warga Palestina menuding bahwa tabrakan tersebut disengaja, sebagai balasan terbunuhnya satu warga Israel di Gaza beberapa hari sebelumnya.

Peristiwa itu membuat ketegangan di antara pasukan IDF dengan warga Palestina terus meningkat.

Rakyat Palestina pun bangkit, meluapkan kemarahan mereka yang tertahan selama bertahun-tahun pendudukan Israel, dengan melakukan perlawanan secara kolektif dan massal, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Intifada Pertama.

Tujuan Intifada Pertama adalah mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, agar tercipta negara palestina yang merdeka dan berdaulat.

Pada Intifada Pertama, rakyat Palestina bersatu memberikan perlawanan dengan melancarkan serangkaian protes di jalanan, pemboikotan massal terhadap produk-produk Israel, pemogokan kerja, dan penolakan membayar pajak.

IDF merespons protes tersebut dengan keras, yang memicu aksi-aksi kekerasan seperti pelemparan batu, bom molotov, dan penembakan terhadap tentara maupun permukiman Israel.

IDF juga menurunkan pasukan terjun payung ke Gaza untuk meredam kekerasan, dan kerusuhan menyebar ke Tepi Barat yang diduduki Israel.

Pada perkembangannya, perlawanan rakyat yang berjalan selama berbulan-bulan dikoordinasi oleh Komando Pemberontakan Nasional Terpadu, yang memiliki hubungan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Perempuan Palestina juga memainkan peran penting dalam Intifada Pertama, khususnya dalam memberikan tekanan ekonomi melalui aksi boikot terhadap produk-produk Israel.

Pada 15 November 1988, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mendeklarasikan berdirinya negara Palestina.

Deklarasi tersebut tidak mengubah keadaan, karena Intifada Pertama masih terus berkecamuk dan telah merenggut nyawa ratusan orang Palestina.

Untuk meredam perlawanan rakyat Palestina, Israel mengerahkan sekitar 80.000 pasukannya selama Intifada Pertama.

Menurut Pusat Informasi Israel untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan, BTselem, selama Intifada Pertama pasukan Israel menewaskan lebih dari 1.000 orang Palestina dan melukai lebih dari 130.000 orang.

Selain itu, ada sekitar 600.000 warga Palestina yang ditangkap, dipenjara, dan mengalami penyiksaan.

Jumlah korban di pihak Israel jauh lebih rendah.

Sekitar 100 warga sipil Israel dan 60 tentara IDF terbunuh, sementara 1.400 warga sipil dan 1.700 tentara mengalami luka selama hampir enam tahun Intifada Pertama.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkritik penggunaan senjata mematikan oleh Israel yang mengakibatkan tingginya angka kematian di pihak Palestina.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Reagan juga mengutuk aksi Israel atas tindakannya yang kelewat batas.

Pada 1991, proses perundingan dimulai di Madrid setelah adanya tekanan dari Pemerintah AS.

Dalam hal ini, para aktivis akar rumput dan tokoh-tokoh perempuan mengambil peran kepemimpinan dalam delegasi Palestina.

Di samping itu, ada negosiasi rahasia yang diupayakan di Oslo, Norwegia, yang tidak melibatkan para tokoh perempuan Palestina.

Perundingan rahasia di Norwegia menghasilkan Perjanjian Oslo I yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan Ketua PLO Yasser Rafat di Amerika Serikat, pada 13 September 1993.

Dengan perjanjian ini, PLO akhirnya mengakui Israel sebagai negara yang sah, sementara Israel mengakui peran PLO sebagai perwakilan resmi rakyat Palestina.

Salah satu isi Perjanjian Oslo I adalah pembentukan Otoritas Palestina, yang akan memikul tanggung jawab pemerintahan di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta pengaturan penarikan pasukan Israel dari Gaza secara bertahap.

Perjanjian Oslo I menjadi momentum di mana Palestina dan Israel untuk pertama kalinya saling mengakui keberadaan satu sama lain.

Perjanjian Oslo I juga menyediakan kerangka kerja untuk negosiasi damai antara Israel dan Palestina, yang sayangnya gagal terwujud.

Itulah sejarah singkat peristiwa Gerakan Intifada Pertama yang berlangsung sejak 1978 hingga 1993.

Artikel Terkait