Inilah Latar Belakang Peristiwa Pemberontakan DI/TII Jawa Barat Yang Dipimpin Oleh Kartosoewirjo

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Latar belakang peristiwa Pemberontakan DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Kartosoewirjo salah satunya karena ketidakpuasan atas hasil Perjanjian Renville.
Latar belakang peristiwa Pemberontakan DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Kartosoewirjo salah satunya karena ketidakpuasan atas hasil Perjanjian Renville.

Intisari-Online.com -Pemberontakan Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam (DI) menjadi salah satu pemberontakan yang susah ditumpas oleh pemerintah.

Mulai muncul pada Agustus 1949, pemberontakan yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo itu baru bisa ditumpas pada 1962.

Lalu seperti apa latar belakang peristiwa pemberontakan DI/TII Jawa Barat yang dipimpin oleh Kartosoewirjo ini?

Selain di Jawa Barat, Pemberontakan DI/TII terjadi di beberapa daerah.

Seperti disebut di awal, tokohpemimpin pemberontakan DI/TII Jawa Barat adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ini dilandasi ketidakpuasan dari Kartosoewirjo terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.

Waktu itu, kemerdekaan RI dibayang-bayangi kehadiran Belanda yang masih ingin berkuasa atas Indonesia.

Pada awal 1948, terjadi pertemuan antara SM Kartosoewirjo dengan Panglima Laskar Sabilillah dan Raden Oni Syahroni.

Pertemuan ini terjadi lantaran ketiga tokoh tersebut menentang adanya Perjanjian Renville.

Mereka menganggap perjanjian tersebut tidak melindungi warga Jawa Barat.

Kartosoewirjo lantas mengubah penolakannya dengan membentuk negara Islam.

Lalu lahirlah Negara Islam Indonesia (NII) yang dia pimpin sendiri.

Dicetusnya NII ini menjadi bentuk protes dari Kartosoewirjo kepada Belanda sekaligus Indonesia yang mereka anggap terlalu lemah

Pengaruh dari Kartosoewirjo pun semakin membesar setelah dia mendirikan angkatan bersenjata untuk NII yang bernama Tentara Islam Indonesia (TII).

Tujuan dari dibentuknya TII sendiri adalah untuk memerangi pasukan TNI agar bisa memisahkan diri dari negara Indonesia.

Pergerakan NII pun semakin berkembang berkat dukungan dari daerah-daerah lain yang juga merasa kecewa terhadap Indonesia.

Hal ini menjadi awal terjadinya pemberontakan DI/TII tidak hanya di Jawa Barat, tetapi juga merambat sampai ke daerah lainnya.

Kartosoewirjo memproklamasikan hadirnya NII sebagai negara melalui maklumat pemerintah No II/7.

Dalam maklumat disebutkan bahwa 17 Agustus 1945 adalah akhir masa kehidupan Indonesia.

Kartosoewirjo memantapkan keputusannya untuk mengklaim seluruh wilayah Indonesia sebagai kekuasaan dari NII.

NII kemudian menyempurnakan angkatan perangnya untuk dapat menguasai beberapa wilayah agar bergabung dengan NII.

Pasukan ini kemudian diberi nama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Guna menanggulangi pemberontakan dari DI/TII di Jawa Barat, pemerintah mengeluarkan peraturan No. 59 Tahun 1958 yang berisikan tentang penumpasan DI/TII.

Salah satu caranya adalah dengan menurunkan pasukan Kodam Siliwangi dan menerapkan taktik Pagar Betis.

Taktik Pagar Betis ini dilakukan dengan menggunakan tenaga rakyat dengan jumlah ratusan ribu untuk mengepung tempat persembunyian DI/TII.

Tujuan lain dibentuknya Pagar Betis yaitu untuk mempersempit ruang gerak DI/TII.

Selain Pagar Betis, operasi lain yang juga dilakukan oleh Kodam Siliwangi yaitu Operasi Brata Yudha.

Operasi ini dibentuk untuk menemukan tempat persembunyian sang imam NII, Kartosoewirjo.

Setelah melalui perjalanan panjang untuk mencari Kartosoewirjo, dirinya berhasil dibekuk hidup-hidup oleh Letda Suhanda, pemimpin Kompi C Batalyon 328 Kujang II/Siliwangi.

Tertangkapnya Kartosoewirjo ini menjadi awal mula teratasinya pemberontakan DI/TII.

Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menyerah.

Itulah latar belakang peristiwa pemberontakan DI/TII Jawa Barat yang dipimpin oleh Kartosoewirjo, semoga menambah wawasan Anda.

Artikel Terkait