Bisa dikatakan sepeda adalah mesin "hijau". Tak memerlukan bahan bakar fosil atau menghasilkan polusi. Seiring dengan menjamurnya aktivitas bersepeda saat ini, rasanya "berdosa" ke Bumi jika tidak memiliki sebuah sepeda.
Di beberapa kota saat ini sudah ada hari bebas tanpa kendaraan. Jakarta yang menjadi pelopor juga sudah melebarkan lokasi hari bebas tanpa kendaraan ini. Dampak positifnya sudah terlihat seperti data yang dikeluarkan pada bulan Maret kemarin. "Dengan adanya car free day tingkat pencemaran udara di Jakarta menurun secara signifikan," kata Kepala Sub Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sumber Kegiatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rina Suryani, di acara Jakarta Great Clean yang digelar di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Minggu (28/3).
Menurut Rina, hasil pengukuran terakhir menunjukkan, kadar debu di Jakarta berkurang sampai 40%, karbon (CO) berkurang sampai 63%, dan NO berkurang sampai 71%. "Itu menunjukkan bahwa program car free day yang telah dijalankan di Jakarta selama ini berjalan efektif dan memberikan dampak positif," ujar Rina seperti dikutip dari kompas.com.
Nah, jika ingin meminang sepeda, beberapa saran dari majalah National Geographic berikut patut diperhatikan.
Bahan pembuat sepeda
Rangka sepeda sekarang ini bermacam-macam bahan pembuatnya. Berpikirlah dua kali jika ingin membeli rangka dari serat karbon. Dalam proses pembuatan dan pengelasannya ternyata boros energi dan menghasilkan limbah beracun. Rangka ini juga kurang tahan lama dibandingkan rangka jenis lain dan tidak bisa diperbaiki. Cacat langsung jadi bangkai.
Rangka dari logam seperti baja, alumunium, dan titanium juga boros energi, namun material ini lebih tahan lama. Kebanyakan logam bisa didaur ulang.
Masa kini sudah ada pembuat sepeda yang mencoba ramah lingkungan dengan menggandeng kayu dan bambu sebagai bahan rangka. Tentu saja ini menambah keramahlingkungannya dan bisa didaur ulang.
Bentuk dan fungsi
Sepeda lipat yang sangat variatif saat ini seperti namanya mudah dilipat dan diangkut menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dan bisa digowes begitu sampai tujuan. Jadilah sepeda lipat sebagai sepeda yang lebih hijau sebab memungkinkan untuk lebih sering dikayuh.
Beberapa orang bersepeda ke kantor menggunakan sepeda lipat dengan menggabungkan beberapa moda transportasi. Misalnya dengan kereta api. Dari rumah ke stasiun bersepeda, lalu menuju stasiun kereta terdekat dengan kantor menggunakan jasa KA, dari stasiun terdekat ke tempat kerja kembali menggowes sepeda. Begitu juga dengan saat pulang ke rumah.
Dengan begitu, sepeda lipat memiliki kesempatan lebih besar untuk digowes ketimbang dengan sepeda MTB, misalnya.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR