Intisari-online.com - Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sejarah perlawanan yang panjang dan gigih terhadap penjajah.
Sejak zaman kolonial Belanda hingga masa pendudukan Jepang, rakyat Aceh tidak pernah menyerah untuk mempertahankan kemerdekaan dan kehormatan mereka.
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam perlawanan Aceh terhadap Jepang adalah Tengku Abdul Jalil, seorang ulama, pendidik, dan pejuang yang berani mengorbankan nyawanya demi agama, bangsa, dan tanah air.
Tengku Abdul Jalil lahir pada tahun 1898 di Desa Panton Labu, Aceh Utara.
Ia berasal dari keluarga yang terkenal sebagai ulama dan pemimpin masyarakat.
Ayahnya, Tengku Muhammad Amin, adalah seorang ulama besar yang mendirikan pesantren di Panton Labu.
Ibunya, Cut Nyak Aisyah, adalah seorang putri dari Teuku Umar, pahlawan nasional yang gugur dalam perang melawan Belanda.
Tengku Abdul Jalil menempuh pendidikan agama di pesantren ayahnya, kemudian melanjutkan ke Mekkah untuk menimba ilmu lebih dalam.
Ia juga belajar bahasa Arab, Inggris, dan Belanda, serta menguasai berbagai cabang ilmu seperti tafsir, hadis, fiqih, tasawuf, sejarah, dan astronomi .
Setelah kembali ke Aceh, Tengku Abdul Jalil meneruskan kepemimpinan pesantren ayahnya dan menjadi guru bagi ribuan santri.
Ia juga aktif dalam organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia dikenal sebagai ulama yang moderat, toleran, dan berwawasan luas.
Baca Juga: Pemilik 5 Weton Ini Dianggap Awet Muda Meski Berusia Penampilannya Bak Anak Muda
Ia mengajarkan kepada santrinya untuk menghormati perbedaan pendapat, menghargai hak asasi manusia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Tengku Abdul Jalil tidak hanya menjadi ulama dan pendidik, tetapi juga menjadi pejuang yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaan Aceh.
Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Tengku Abdul Jalil menolak untuk bekerja sama dengan penjajah baru tersebut.
Ia melihat bahwa Jepang tidak menghormati kehidupan umat Islam di Aceh. Jepang melakukan berbagai kekejaman, seperti membunuh, menangkap, menyiksa, dan memaksa rakyat Aceh untuk bekerja rodi.
Jepang juga melarang rakyat Aceh untuk beribadah, berdakwah, dan belajar agama. Jepang bahkan mencoba untuk menghapus identitas Islam dan Aceh dengan mengganti nama-nama tempat, orang, dan hari raya.
Tengku Abdul Jalil tidak tinggal diam melihat perlakuan Jepang terhadap rakyat Aceh. Ia mengajak para santrinya untuk berjihad melawan Jepang.
Kemudian membentuk pasukan gerilya yang disebut Tentera Rakyat Aceh (TRA).
Ia juga menggalang dukungan dari ulama-ulama lain, seperti Tengku Muhammad Daud Beureueh, Tengku Hasan di Tiro, dan Tengku Mahmud Mahyuddin.
Beliau memimpin perlawanan Aceh terhadap Jepang dengan strategi yang cerdik dan berani.
Bersama pasukannya melakukan serangan-serangan mendadak, menyabotase jalur komunikasi dan transportasi, serta menghancurkan markas-markas dan gudang-gudang senjata Jepang.
Perlawanan Tengku Abdul Jalil dan para santrinya berhasil mengguncang kekuasaan Jepang di Aceh.
Baca Juga: Sering Dicaci dan Dihina Pemilik 4 Weton Ini Justru Akan Berakhir Menjadi Orang Sukses
Jepang merasa terancam dan marah dengan aksi-aksi Tengku Abdul Jalil. Jepang berusaha untuk menangkap dan membunuh Tengku Abdul Jalil dengan segala cara.
Pada tanggal 7 November 1943, Jepang berhasil mengepung pesantren Tengku Abdul Jalil di Panton Labu.
Jepang menyerang pesantren dengan senjata berat dan api. Tengku Abdul Jalil dan para santrinya bertempur habis-habisan melawan Jepang.
Mereka tidak mau menyerah atau melarikan diri. Mereka rela mati syahid demi membela agama, bangsa, dan tanah air. Dalam pertempuran sengit tersebut, Tengku Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan.
Ia meninggal dalam usia 45 tahun. Para santrinya juga gugur bersama-sama dengan gurunya.
Pesantren Tengku Abdul Jalil hancur berkeping-keping akibat serangan Jepang.
Tengku Abdul Jalil adalah salah satu tokoh yang terlupakan dalam sejarah perlawanan Aceh.
Ia tidak mendapat penghargaan dan pengakuan yang layak dari pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Padahal, ia adalah seorang ulama, pendidik, dan pejuang yang berjasa besar bagi Aceh dan Indonesia.
Ia adalah salah satu pahlawan yang berani mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan dan kehormatan bangsanya.
Beliau adalah salah satu inspirasi bagi generasi muda Aceh yang harus terus berjuang untuk mempertahankan identitas, budaya, dan agama mereka.
Ia adalah salah satu contoh bagi kita semua yang harus menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban untuk negeri ini.
Tengku Abdul Jalil adalah salah satu kisah heroik yang harus kita kenang dan teladani.