Ramahnya Plastik dari Damar

Jeffrey Satria

Penulis

Ramahnya Plastik dari Damar
Ramahnya Plastik dari Damar

Intisari-Online.com - Plastik. Benda satu ini memang bak pedang bermata dua. Keberadaanya tiada pernah lepas dari perdebatan sengit. Kebutuhan untuk mendapatkan bahan dasar pembungkus tahan panas dan murah, terbentur dengan ketidakmampuan plastik untuk terurai dengan cepat. Polietilena (PE), substansi dasar plastik memang membutuhkan waktu ratusan bahkan ribuan tahun lamanya untuk terurai.

Melihat hal itu, para peneliti tak tinggal diam. Mereka mencari cara agar kantung plastik dapat terurai lebih cepat. Rekayasa kimia pun dilakukan. Beberapa peneliti mencampurprodegradanseperti Totally DegradablePlasticAdditives (TDPA) dengan PE, untuk mempercepat proses penguraian plastik. Namun hasilnya ternyata kurang memuaskan.

Para peneliti kemudian menambahkan polimer alami seperti singkong dan kulit jagung ke dalam kantong plastik. Beberapa kombinasi seperti 30 persen singkong dan 70 persen PE densitas tinggi menghasilkan kantung plastik yang dapat terurai dalam waktu 6 bulan sampai 5 tahun.

Plastik dari kulit jagung pun demikian. Dengan kombinasi 50 persen kulit jagung ditambah 25 persen butanedinol, 12,5 persen asam suksinat, dan 12,5 persen asam adipat, menghasilkan plastik yang dapat terurai hanya dalam 40 - 45 hari saja! Salah satu hasil penemuan plastik ramah lingkungan adalahbiobagatau kantung plastik ramah lingkungan.

Usaha untuk menghasilkan plastik ramah lingkungan juga diramaikan oleh peneliti dari Indonesia. Dr. Noryawati Mulyono, S.Si dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, berhasil menciptakan plastik yang 100 persen terbuat dari damar. Walau belum dapat digunakan menjadi kantong plastik, namun plastik dari damar terbukti dapat terurai dengan cepat

Noryawati memang sengaja belum mengaplikasikan temuannya ini kedalam bentuk kantong plastik. Menurutnya, kantong plastik dari damar belum bisa bersaing secara ekonomis dengan kantong plastik dari PE murni ataubiobagcampuran. “Di negara maju pun,biobagmurni harganya masih mahal karena belum bisa menggantikan kantong plastik PE,” jelasnya.

Sampai saat ini, plastik damar ciptaan Noryawati baru dipakai untuk melapisi pembungkus alumunium. Pembungkus alumunium memang cenderung lebih cepat rusak bila tak dilapisi oleh plastik. Lapisan plastik damar yang melapisi pembungkus alumunium akan terurai lebih cepat. Penelitian yang dilakukan Noryawati menunjukkan bahwa plastik damar dapat terurai dalam waktu 48 hari.

Noryawati mengumpulkan ratusan jenis damar dari berbagai pohon familiDipterocarpaceae, atau suku meranti-merantian. Menurutnya, masing-masing pohon menghasilkan damar yang berbeda. Perbedaan itu terletak dari segi kekuatan dan daya tahan terhadap panas. Rata-rata, damar yang dipakai oleh Noryawati memiliki ketahanan panas hingga suhu 60°C dalam waktu 30 menit. Namun ada pula yang tahan hingga suhu 110°C. “Semuanya itu tergantung pada tujuan pemakaian,” tambahnya.

Untuk harga, Noryawati menyatakan bahwa harga bijih plastik damar berada di kisaran AS$ 4,8 – 7,5 per kg. Jauh lebih murah dibandingkan biopol dan bijih plastik jagung. Namun, tentunya belum bisa dibandingkan dengan bijih plastik polietilene murni.

Menggunakan damar untuk menciptakan plastik memberikan keuntungan ganda. Yang pertama jelas karena damar lebih cepat terurai dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Kedua, dengan naiknya nilai damar, maka para penebang kayu akan berpikir ulang untuk menebang kayu penghasil damar.

Tapi apakah damar akan berhenti pada plastik saja? Tidak, Noryawati menyatakan bahwa dalam penelitian selanjutnya ia akan mengembangkan kantong plastik dan styrofoam dari damar. Keberhasilan Noryawati menjadi kebanggan tersendiri dalam menghijaukan Indonesia.