Biotoilet, Jamban Tanpa Limbah

Agus Surono

Editor

Biotoilet, Jamban Tanpa Limbah
Biotoilet, Jamban Tanpa Limbah

Intisari-Online.com - Dengan sumber daya alam yang semakin terbatas dan jumlah penduduk bumi yang mencapai 7 miliar pada tahun 2011 sudah saatnya inovasi untuk menekan penggunaan sumber daya alam melalui teknologi ramah lingkungan dapat diterapkan di masyarakat. Salah satu contohnya adalah biotoilet. Tidak hanya berhenti pada prosese penelitian, sekarang telah dikembangkan bio toilet yang merupakan desain toilet sistem kering mempergunakan matriks serbuk kayu sebagai media penangkap dan pengurai tinja dan urine. Tidak hanya itu, limbah dapur sisa makanan juga bisa dioleh di sini untuk dijadikan kompos.Adalah Pusat Penelitian Fisika LIPI yang mengembangkan bio-toilet, WC yang hemat air. Keunggulan WC ini adalah sangat efisien dalam penggunaan air, karena tidak diperlukan air untuk menggelontor (flushing); tidak menimbulkan bau, dan tanpa limbah. Limbah dari WC kering atau bio-toilet ini dapat dimanfaatkan untuk kompos atau material komposit lainnya. Produk ini merupakan alternatif untuk mengurangi limbah domestik yang dibuang tanpa pengolahan ke sungai-sungai, atau mencemari air tanah. WC kering ini juga akan menghemat konsumsi air per orang, karena dari penelitian LIPI 40 persen penggunaan air bersih adalah untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Penggunaan WC kering ini juga akan menekan kasus diare pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, atau sarana sanitasi yang tidak memadai. Ciri khas dari desain itu adalah tidak menggunakan air untuk menggelontor kotoran. Namun, langsung ditampung dalam tempat pengolah untuk ukuran tabung bio toilet 0,5 meter kubik dengan kapasitas 30–50 orang per hari. Selang 3-4 bulan, serbuk kayu lama dapat diganti dengan serbuk baru. Sampah serbuk gergaji yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan sebagai media kompos tanaman. Prinsip sanitasi berkelanjutan dan sirkulasi material alami mendasari konsep alat ini.Dengan rancangan seperti ini, maka pemakaian air bisa dihemat. Berdasarkan penelitian LIPI, bio-toilet ini mampu mengurai 60 persen feses manusia dalam 1 hari. Selain itu, toilet kering ini tidak menebarkan bau layaknya septic tank biasa, serta tidak memerlukan saluran pembuangan khusus.

Bentuk bio toilet ini cukup sederhana dan mudah dikonstruksikan dengan bahan yang mudah didapat. Tabung bio-toilet dirancang dari bahan stainless steel yang tahan selama tiga tahun, yang tentu saja mencegah kebocoran dan tidak berkarat. LIPI pernah menghitung, jika dibuat secara massal, mungkin biaya yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 5 juta – Rp 10 juta.Keuntungan teknis/ekonomis dari biotoilet:

  • tidak menggunakan air sehingga menghemat pemakaian air bersih
  • dapat langsung mengurai kotoran manusia, tidak menebarkan bau
  • tidak memerlukan saluran pembuangan khusus
  • dapat digabungkan menjadi alat pengolah sampah dapur
  • limbah dapat dimanfaatkan sebagai media kompos tanaman
  • bentuk sederhana, mudah dikonstruksi dengan bahan yang mudah didapat
Aplikasi

  • Untuk daerah yang sulit mendapatkan akses air bersih
  • Untuk dipergunakan di daerah pengungsian
  • Untuk keperluan WC umum pada kegiatan dadakan: panggung hiburan, pasar malam, pameran, dan lain lain. (LIPI)