Intisari-Online.com - Mestakung, alias semesta mendukung. Jika kita cermat, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk perlahan memperbaiki gizi serta kualitas pangan kita. Salah satunya dengan penggunaan pupuk organik yang efesien. Selain dihasilkan dari daun-daun yang membusuk, pupuk organik juga bisa dikembangkan dari mikroba.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengembangkan perkembangbiakan mikroba peranakan atau plant growth promoting Rhizobacteria dengan label Beyonic-StarTmik LIPI. Fungsinya simpel sebenarnya, untuk melengkapi pupuk organik hayati yang telah ada. Selain itu, juga mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang tengah marak. Juga menyehatkan tanah.
“Koleksi disimpan di Indonesia Culture Colection di Cibinong Science Center. Dalam tiap makanan, karakter mikroba berbeda. Dan yang digunakan untuk pengembangan pupuk hayati adalah yang bersifat memacu hormon pertumbuhan,” kata Siti Nuramaliatin Prijono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI.
Masih menurut Siti, pupuk organik ini juga mampu menjadi biopestisida yang menjaga kelangsungan tanaman. Yang paling istimewa adalah, ia mampu meningkatkan 20 sampai 30 persen hasil produksi. Khasiat yang belum ditemukan di pupuk organik hayati jenis lainnya.
Bahannya tidak sulit. Persediaan karbohidrat dan protein yang cukup melimpah di sekitar kita adalah komposisi utama pembiakan. Untuk karbohidra, bisa diperoleh dari gula merah 3 kilo, tetes tebu 3 liter, tepung jagung 3 kg, dan bekatul 3 kg. Adapun sumber protei bisa diperoleh dari kecambah 6 kg, tepung ikan 3 kg, dan telur ayam kira-kira empat butir.
Untuk proses fermentasinya, tambahkan air kelapa muda empat buah, agar-agar instan empat bungkus, kapur 0,5 kg, dan fosfat 0,5 kg. Proses fermentasi sendiri berlangsung kira-kira memakun waktu tiga minggu.
Jadi, masih bergantung sama pupuk kimia? (Kompas)