Beringin Si Pengaman Hutan

K. Tatik Wardayati

Editor

Beringin Si Pengaman Hutan
Beringin Si Pengaman Hutan

Intisari-Online.com – Pohon beringin atau dalam bahasa Latin-nya ficus spp merupakan marga terbesar dari famili moraceae, banyak dijumpai di Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Tingginya bisa mencapai 35 m. Tumbuh di tanah dan ada yang bersifat hemiepifit (parasit pada tanaman lain).

Beringin memiliki beberapa kelebihan, seperti mampu hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan, umurnya panjang hingga ratusan tahun, juga memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi mata air dan penguat lereng alami. Beringin memiliki struktur perakaran yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik. Satu lagi, beringin juga mampu menyerap polusi CO2 dan timbel di udara.

Karena kelebihan yang dimilikinya, beringin memiliki peranan cukup penting pada proses pembangunan kawasan hutan lindung di kawasan hutan produksi. Beringin memiliki nilai hidrologis, ekologis, budaya, religi, dan keamanan kawasan hutan. Sehingga dalam pembangunan hutan lindung, beringin harus dimasukkan sebagai tanaman yang perlu dikayakan. Pengayaan beringin akan mempercepat proses suksesi kawanan hutan untuk mencapai kondisi klimaks. Proses penyebaran beringin dapat secara alami. Biasanya dilakukan satwa liar yang memakan bijinya. Namun, bisa juga dilakukan dengan menyemai biji atau stek batang.

Setidaknya ada tiga nilai yang dimiliki beringin, terkait keberadaannya di hutan.

  • Nilai hidrologis. Beringin adalah tanaman yang struktur akarnya dalam. Akar lateral atau bagian sisi mencengkeram tanah dengan baik. Beringin mampu menyimpan cadangan air pada musim penghujan dan mengeluarkannya pada musim kemarau secara teratur. Tak heran, jika ada beringin berarti ada sumber air. Perakaran beringin yang dalam dan kuat pun sangat efektif sebagai penahan erosi tanah.
  • Nilai budaya dan religi. Di Indonesia, beringin identik dengan hal magis. Bagi umat Budha dan beberapa aliran kepercayaan, beringin dijadikan tanaman suci. Tak heran kerap ditemui aneka rupa sesaji diletakkan di bawah beringin yang besar dan berusia ratusan tahun, dipercaya tempat bersemayam berbagai macam makhluk halus.
  • Nilai ekologis. Beringin memiliki nilai ekologi yaitu menjadi rumah atau tempat hidup makhluk hidup lain. Pada beringin yang besar dan tua merupakan sumber pakan untuk beberapa jenis burung, serangga, reptil, ampibia, dan mamalia.
  • Nilai keamanan hutan. Sebagian besar masyarakat tidak berani mengganggu keberadaan pohon beringin, karena beringin kerap dijuluki pohon berhantu. Beringin dipercaya sebagai tempat tinggal berbagai jenis makhluk halus. Julukan angker itu justru memiliki nilai keamanan. Masyarakat sekitar hutan biasanya takut memasuki kawasan hutan yang terdapat pohon beringinnya. Secara tidak langsung tidak adanya gangguan masyarakat yang memasuki kawasan hutan membuat hutan aman dari perusakan.
Model pengamanan hutan oleh hutan sendiri ini pola pengamanan hutan terbaik dan terefektif. Tidak perlu terjadi konflik antara masyarakat sekitar hutan dan pengalaman hutan. Pengelola hutan tak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar satuan pengamanan hutan.

Sebenarnya, selain bagus dikembangkan di kawasan hutan lindung, beringin juga bagus untuk kawasan hutan produksi. Beringin dapat dijadikan sebagai tanaman sela, tepi, atau pengisi bagi tanaman pokok hutan produksi. Ia juga mampu meningkatkan keberagaman hayati pada kawasan hutan produksi. (Samsul Ulum – Intisari)