Kini Filmnya Dilarang Tayang, Inilah Sosok Sutradara di Balik Pembuatan Film G 30S PKI

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Arifin C Noer merupakan sosok sutradara di balik pembuatan film G 30S PKI.
Arifin C Noer merupakan sosok sutradara di balik pembuatan film G 30S PKI.

Intisari-online.com -Arifin C. Noer adalah salah satu sutradara teater dan film yang paling berpengaruh di Indonesia.

Ia lahir di Cirebon pada 10 Maret 1941 dan meninggal di Jakarta pada 28 Mei 1995 karena kanker hati.

Ia dikenal sebagai penulis naskah drama, puisi, skenario film, dan sinetron yang kritis dan berani.

Kemudian ia juga memenangkan beberapa penghargaan, termasuk Piala Citra untuk skenario asli terbaik di Festival Film Indonesia 1984.

Salah satu karya Arifin C. Noer yang paling kontroversial adalah film Penumpasan Pengkhianatan G 30S PKI atau hanya Pengkhianatan G 30S PKI, yang dirilis pada tahun 1984.

Film ini adalah film propaganda yang disponsori oleh pemerintahan Orde Baru Soeharto untuk menggambarkan versi resmi mereka tentang peristiwa percobaan kudeta pada tahun 1965 yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Film ini menggambarkan PKI sebagai gerakan kejam yang membunuh tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya, serta menyiksa dan membantai rakyat sipil yang tidak bersalah.

Film ini juga menampilkan sosok Soeharto sebagai pahlawan yang menyelamatkan negara dari ancaman komunisme dan menggulingkan Presiden Soekarno.

Film ini menuai banyak kritik dan protes dari berbagai pihak, terutama dari keluarga korban, aktivis hak asasi manusia, sejarawan, dan seniman.

Mereka menilai film ini sebagai sarana manipulasi sejarah, pembenaran kekerasan, dan pemeliharaan kekuasaan Soeharto.

Mereka juga menuntut agar film ini ditarik dari peredaran dan tidak diputar lagi di televisi nasional setiap tanggal 30 September, seperti yang biasa dilakukan selama era Orde Baru.

Baca Juga: Di Balik Suasana Horor Film G30S PKI, Ternyata Sosok Inilah Penata Musiknya

Beberapa upaya untuk mengkritik atau menanggapi film ini juga mendapat tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak yang pro-Soeharto.

Meskipun demikian, film ini juga diakui sebagai salah satu film dalam negeri pertama yang dirilis secara komersial dan menampilkan peristiwa 1965 tersebut.

Film ini juga memiliki nilai artistik yang tinggi, terutama dalam hal sinematografi, musik, dan akting.

Film ini juga menjadi salah satu karya terbesar dan terakhir dari Arifin C. Noer, yang telah banyak berkontribusi bagi perkembangan seni teater dan film di Indonesia.

Arifin C. Noer adalah seorang sutradara yang memiliki visi dan misi yang jelas dalam berkarya.

Ia tidak takut untuk menyampaikan pandangan dan pendapatnya melalui karya-karyanya, meskipun kadang bertentangan dengan kepentingan politik atau ideologi tertentu.

Ia juga memiliki kemampuan untuk mengolah berbagai sumber dan bahan menjadi sebuah karya yang menarik dan bermakna.

Selaian itu beliau adalah salah satu tokoh seni yang patut dihormati dan diingat sebagai bagian dari sejarah budaya Indonesia.

Artikel Terkait