Tradisi Palang Pintu, tradisi masyarakat Betawi ketika seorang pria hendak meminang gadis pujaannya.
Intisari-Online.com -Pernah mendengar tradisi Palang Pintu?
Bagi yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama mereka masyarakat Betawi, pasti tidak asing dengan tradisi ini.
Tradisi Palang Pintu merupakan bagian dari prosesi adat pernikahan masyarakat Betawi.
Isinya Palang Pintu adalahlaga pencak silat, adu pantun, hingga pembacaan Al Quran dan salawat sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk membuka pintu restu dari keluarga perempuan, melalui peristiwa jawara dari mempelai laki-laki harus bisa mengalahkan jawara dari tempat tinggal perempuan.
Menurut orang-orang Betawi, Palang Pintu melambangkanbesarnya perlindungan orangtua terhadap putrinya sebelum dipinang.
Sedangkan bagi pihak laki-laki, Palang Pintu dapat menunjukkan kesungguhannya yang akan membangun rumah tangga bersama perempuan pilihannya.
Lalu apa arti dan tujuan tradisi Palang Pintu?
Tradisi Palang Pintu terjadi ketika ada pria yang hendak meminang perempuan.
Tapi sebelumnya, si pria itu diwajibkanmelumpuhkan jagoan di kampung calon istrinya atau saudara-saudaranya.
Tradisi Palang Pintu memiliki arti sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk membuka pintu restu dari keluarga perempuan.
Cara membuka pintu restu itu adalah dengan menunjukkan kemampuan silat hingga membaca Al Quran.
Dalam bahasa Betawi, palang berarti penghalang yang membuat orang tidak bisa lewat.
Jadi, arti Palang Pintu adalah tradisi untuk membuka penghalang saat memasuki daerah tertentu yang dikuasai jawara.
Palang Pintu bertujuan untuk menguji kesungguhan pengantin pria yang akan membangun rumah tangga dengan mempelai perempuan.
Selain membuka pintu pernikahan, tujuan dari Palang Pintu adalah untuk menunjukkan ketaatan atas norma adat yang berlaku di masyarakat Betawi.
Prosesi Palang Pintu
Tradisi Palang Pintu dilakukan saat pihak pengantin pria hendak memasuki rumah mempelai perempuan.
Sebelum iring-iringan pihak pria masuk, mereka akan dihadang oleh perwakilan dari pihak perempuan.
Dari kedua belah pihak, ada tukang pantun dan jagoan silat yang mewakili di depan calon pengantin.
Pada awalnya akan terjadi dialog pembukaan dan saling berbalas pantun.
Secara perlahan, intonasi para pelempar pantun akan naik dan membuat situasi seakan memanas.
Meski bergaya seperti hendak berkelahi, pantun yang terlontar sering kali merupakan rangkaian kata yang penuh lelucon dan mengundang tawa.
Setelah itu, jagoan silat dari pihak perempuan akan menguji kesaktian dan kemampuan dari pihak laki-laki.
Adu ilmu silat pun terjadi yang akan dimenangkan oleh pihak pengantin laki-laki.
Mengalahkan lawan dari pihak perempuan inilah yang dianggap sebagai menjatuhkan penghalang, yang membuat namanya menjadi Palang Pintu.
Setelah itu, pihak pengantin perempuan biasanya meminta pihak laki-laki untuk menunjukkan kebolehannya dalam membaca Al Quran.
Ketika semua halangan dilalui, pihak pengantin perempuan akan mempersilakan rombongan mempelai laki-laki untuk masuk.