Intisari-online.com - Suku Dayak adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Kalimantan. Suku ini memiliki berbagai tradisi unik yang menarik untuk diketahui, salah satunya adalah ngayau.
Ngayau adalah tradisi berburu kepala musuh dengan cara memenggalnya dan membawanya ke rumah sebagai piala.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu dan membuat Suku Dayak ditakuti oleh para penjajah dan musuh-musuhnya.
Ngayau dilakukan oleh Suku Dayak karena beberapa alasan, antara lain:
- Sebagai bentuk balas dendam terhadap musuh yang telah membunuh anggota keluarga atau suku mereka.
- Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Bujang Berani, yaitu gelar kehormatan bagi pemuda Suku Dayak yang telah berhasil membawa kepala musuh. Gelar ini juga memungkinkan mereka untuk menikahi gadis pilihan mereka.
- Sebagai cara untuk mendapatkan kekuatan supranatural dari kepala musuh, yang dipercaya dapat menolak bala, mengusir roh jahat, menyembuhkan penyakit, dan meningkatkan hasil panen.
Cara Melakukan Ngayau
Ngayau tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan dengan aturan dan ritual tertentu. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan dalam ngayau:
- Sebelum berangkat ngayau, para pemburu kepala akan melakukan persiapan seperti berpuasa, berdoa, dan mengadakan upacara adat.
- Ngayau dilakukan secara berkelompok, biasanya dipimpin oleh seorang panglima perang yang berpengalaman.
Baca Juga: Tak Hanya Kudungga dan Mulawarman, Inilah Raja-raja Yang Pernah Memerintah Kerajaan Kutai
- Para pemburu kepala akan mencari musuh yang dianggap layak untuk dijadikan sasaran ngayau, yaitu mereka yang telah melakukan kesalahan atau kejahatan terhadap Suku Dayak.
- Para pemburu kepala akan menyerang musuh secara mendadak dan memenggal kepala mereka saat masih hidup. Hal ini dilakukan agar semangat musuh tetap terjaga dalam kepala mereka, karena kepala dari jiwa yang telah mati dianggap tidak berharga.
- Para pemburu kepala akan membawa kepala musuh ke rumah dengan cara mengikatnya di pinggang atau menggantungnya di leher.
- Setelah tiba di rumah, para pemburu kepala akan mengadakan pesta perayaan dengan menyajikan makanan dan minuman khas Suku Dayak.
- Kepala musuh akan dikeringkan dan diawetkan dengan cara direbus, diasapi, atau dikubur²³.
Kemudian, kepala musuh akan digantung di rumah sebagai hiasan dan lambang keberanian, kebanggaan, dan kekuatan magis.
Akhir dari Ngayau
Tradisi ngayau mulai ditinggalkan oleh Suku Dayak sejak akhir abad ke-19. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Adanya larangan dari pemerintah kolonial Belanda dan Inggris untuk melakukan ngayau.
- Adanya perjanjian damai antara para pemimpin suku Dayak yang diselenggarakan di Tumbang Anoi pada tahun 1894.
Perjanjian ini bertujuan untuk mengakhiri konflik dan permusuhan antara suku-suku Dayak.
- Adanya pengaruh agama Kristen dan Islam yang masuk ke Kalimantan dan mengajarkan nilai-nilai perdamaian dan kasih sayang.
Meskipun tradisi ngayau sudah tidak dilakukan lagi oleh Suku Dayak, namun masih ada beberapa rumah yang menyimpan kepala-kepala hasil ngayau dari leluhur mereka.
Kepala-kepala ini dianggap sebagai warisan budaya yang harus dihormati dan dilestarikan.
Demikian artikel tentang ngayau, tradisi memenggal kepala musuh yang sudah ditinggalkan Suku Dayak.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang kebudayaan Indonesia yang kaya dan beragam.