Intisari-Online.com -Kedua kongres, Kongres Perempuan Pertama dan Kongres Sumpah Pemuda, memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan nasional Indonesia.
Kongres Perempuan Pertama, yang diadakan pada tahun 1928, menandai awal munculnya kesadaran perempuan Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan.
Bagaimanakah keterkaitan antara Kongres Perempuan Pertama dengan Kongres Sumpah Pemuda?
Meskipun tidak terjadi secara langsung, kedua kongres ini saling berkaitan melalui semangat persatuan dan kesamaan tujuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Di Kongres Perempuan Pertama, perempuan Indonesia menyuarakan pentingnya peran mereka dalam perjuangan kemerdekaan dan kesetaraan gender.
Sementara itu, Kongres Sumpah Pemuda, yang diadakan pada tahun 1928, menggalang semangat pemuda Indonesia untuk bersatu dan berjuang melawan penjajah.
Walaupun kongres ini berfokus pada pemuda, perjuangan perempuan juga ikut terlibat dalam gerakan kemerdekaan.
Keterkaitan antara Kongres Perempuan Pertama dengan Kongres Sumpah Pemuda
Ketika Kongres Pemuda II diadakan, beberapa perempuan berperan aktif dalam acara tersebut.
Salah satunya adalah Nona Poernomowulan, seorang anggota aktif dalam organisasi Jong Java.
Baca Juga: Bagaimanakah Keterkaitan Antara Kongres Perempuan Pertama dengan Kongres Sumpah Pemuda?
Dalam Kongres Pemuda II, Nona Poernomowulan menjadi pembicara utama.
Dia naik ke podium dan membacakan pidato bahwa upaya untuk membangun kecerdasan bangsa harus disertai dengan usaha menciptakan disiplin dan keteraturan dalam pendidikan.
Tidak hanya Poernomowulan, ada juga perempuan lain yang hadir dalam kongres yang menghasilkan Sumpah Pemuda, di antaranya: Siti Sundari, Emma Poeradiredja, Suwarni Pringgodigdo, Johanna Masdani Tumbuan, Dien Pantouw, dan Nona Tumbel.
Perempuan-perempuan yang hadir dalam Kongres Pemuda II bukanlah perempuan biasa. Setiap dari mereka aktif dalam gerakan nasional.
Siti Sundari, yang merupakan adik dari Dr. Sutomo, aktif dalam penerbitan Wanita Sworo, majalah berbahasa Jawa yang terbit di Pacitan pada tahun 1912.
Emma Poeradiredja juga aktif dalam Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan mendirikan Istri Pasundan.
Suwarni Pringgodigdo dikenal sebagai pendiri gerakan Istri Sedar. Dien Pantouw adalah istri dari Sunario Sastrowardoyo, penasihat dan pembicara Kongres Pemuda II.
Kongres Pemuda II memiliki peran yang penting dalam berdirinya Kongres Perempuan.
Selain menghasilkan Sumpah Pemuda, tujuan dari Kongres Pemuda II adalah menyatukan pemuda dalam satu wadah organisasi yang sama.
Namun, sayangnya, kongres ini tidak membahas peran perempuan secara mendalam.
Hal ini mendorong perempuan-perempuan yang hadir dalam Kongres Pemuda II untuk mengadakan Kongres Perempuan Indonesia.
Baca Juga: Bagaimanakah Karakteristik Perlawanan Terhadap Belanda Sebelum dan Sesudah Abad ke-19?
Salah satu penggagas Kongres Perempuan Indonesia adalah Sujatin Kartowijono, seorang aktivis perempuan yang berjuang untuk kesetaraan gender.
Terlaksananya Kongres Perempuan Indonesia
Kongres Perempuan Indonesia diadakan sebanyak empat kali, yaitu: Kongres Perempuan I (22-25 Desember 1928), Kongres Perempuan II (20-24 Juli 1935 di Jakarta), Kongres Perempuan III (23-27 Juli 1938), dan Kongres Perempuan IV (25-28 Juli 1941).
Pada dasarnya, Kongres Perempuan Indonesia merupakan hasil perjuangan kaum perempuan untuk mencapai kebebasan dan kemerdekaan.
Perempuan-perempuan Indonesia berjuang untuk meningkatkan nasib mereka yang saat itu dianggap tidak setara dengan kaum pria.
Tujuh organisasi wanita yang memprakarsai Kongres Perempuan Indonesia antara lain: Wanita Taman Siswa, Wanita Utomo, Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling, Jong Java Dames Afdeeling, Wanita Katholik,Aisyiyah, dan Putri Indonesia.
Secara umum, keempat kongres ini menyepakati bahwa perempuan harus terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dan berkontribusi dalam memajukan organisasi pemuda di Indonesia.
Demikian artikel yang menjelaskan tentangketerkaitan antara Kongres Perempuan Pertama dan Kongres Sumpah Pemuda. Semoga menambah wawasan Anda.