Intisari-online.com - Jakarta, kota metropolitan yang menjadi ibu kota Indonesia, memiliki sejarah panjang dan berliku.
Kota ini bermula dari sebuah pelabuhan kecil bernama Sunda Kelapa yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
Pelabuhan ini menarik perhatian bangsa-bangsa asing, terutama Portugis, yang ingin menguasai sumber daya alam di wilayah ini.
Pada tahun 1522, Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran (Bogor) mengadakan perjanjian dengan Portugis.
Dengan tujuan, untuk membangun benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari serangan musuh, terutama Kesultanan Demak yang beragama Islam.
Namun, perjanjian ini ternyata menjadi bumerang bagi Kerajaan Sunda, karena Portugis justru berusaha memperluas pengaruhnya di pelabuhan tersebut.
Pada tahun 1526, Sultan Trenggana dari Demak mengirimkan pasukan perangnya di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) untuk menaklukkan Sunda Kelapa.
Fatahillah adalah seorang panglima yang berasal dari Pasei, Aceh, yang pernah ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1521.
Ia memiliki dendam terhadap bangsa penjajah tersebut dan ingin membebaskan Nusantara dari cengkeramannya.
Fatahillah bersekutu dengan Kesultanan Cirebon dan Banten untuk menghadapi Portugis dan sekutunya, Kerajaan Sunda.
Ia memimpin armada laut yang terdiri dari kapal-kapal tradisional seperti lancaran dan pangajawa yang lebih ringan dan lincah daripada kapal-kapal galleon milik Portugis yang besar dan berat.
Baca Juga: 20 Ucapan Hari Hutan Hujan Sedunia 2023, Peristiwa Penting Bagi Bumi
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR