Raden Wijaya mendapatkan banyak cobaan di awal-awal menjadi raja Kerajaan Majapahit. Banyak pemberontakan yang justru datang dari orang-orang terdekatnya.
Intisari-Online.com -Setidaknya ada dua hal yang harus dibereskan oleh Raden Wijaya sebelum mendirikan Kerajaan Majapahit.
Hal pertama adalah mengalahkan Jayakatwang penguasa Kediri.
Hal kedua adalahmenyingkirkan pasukan Dinasti Yuan dari China yang datang ke Jawa.
Dan dua hal itu saling berhubungan satu dengan yang lain.
Ketika itu, kerajaan yang berkuasa di Jawa adalah Kerajaan Singasari, dipimpin Raja Kertanegara.
Pada1289, Kublai Khan dari dinasti Yuan datang meminta upeti.
Tapi permintaannya ditolak.
Bahkan dalam banyak cerita disebut bahwa utusan Dinasti Yuan itu mendapat perlakuan yang tidak enak dari Kertanegara.
Inilah yang membuat dinasti Yuan melakukan perjalanan ke Singhasari untuk membalas.
Tahun 1292, ketika pasukan Kublai Khan tiba, di kerajaan Singhasari sedang terjadi pemberontakan dipimpin oleh Jayakatwang dari Kediri.
Saat itulah, Kertanegara terbunuh dan Jayakatwang mendirikan Kerajaan Kediri.
Mengetahui kematian Kertanegara, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Yuan dan menjadikan Jayakatwang sebagai musuh.
Ia menjanjikan upeti yang besar jika mau bekerjasama.
Sekitar tahun 1293, di ibukota Kediri terjadi pertempuran dan menyebabkan Jayakatwang menyerah.
Di tengah pesta kemenangan, secara diam-diam, Raden Wihaya melancarkan serangan dadakan ke pasukan Dinasti Yuan.
Tidak sempat melawan, banyak pasukan Yuan yang tewas dan sisanya kabur kembali ke China.
Setelah itu, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja dan pendiri Kerajaan Majapahit.
Banyak hal yang ia lakukan untuk memperkuat Kerajaan Majapahit.
Seperti menikahi empat putri Kertangeraga sampai berhasil meredam beberapa pemberontakan.
Tahun 1309, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan oleh salah satu putranya, Jayanegara.
Dia memerintah pada 1350 masehi hingga 1389 masehi, didampingi Patih Gajah Mada.
Namun, sebelum Majapahit mencapai puncak kejayaan, berbagai gejolak melanda kerajaan itu saat awal berdiri.
Raden Wijaya di awal dia memimpin Majapahit, mengalami beberapa kali peristiwa pemberontakan.
Dikutip dari buku "Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit", karya Prof Dr Slamet Muljana (2005), peristiwa pemberontakan pertama di Kerajaan Majapahit dilakukan oleh Rangga Lawe.
Putra Wiraraja itu memberontak karena tidak puas dengan keputusan Raden Wijaya dalam mengangkat pejabat kerajaan.
Pada awal memimpin Majapahit, Raden Wijaya mengangkat Nambi sebagai patih amangku bumi di Kerajaan Majapahit.
Menurut Rangga Lawe, peran dan jasa Nambi saat peperangan untuk mendirikan Kerajaan Majapahit, tidak sebanding dengan jabatan tinggi sebagai patih amangku bumi.
"Lawe agak kecewa bahwa yang menjadi patih amangku bumi di Kerajaan Majapahit bukannya Lembu Sora atau ia sendiri, tetapi Nambi," tulis Slamet dalam bukunya.
Peristiwa pemberontakan Rangga Lawe tidak disebut dalam Negerakretagama.
Dalam pararaton hanya disinggung saja dan diberi tarikh tahun saka Kuda Bhumi Paksaning Wong:1217 atau tahun masehi 1295.
Pemberontakan di awal Majapahit berikutnya terjadi pada tahun saka 1222 atau tahun masehi 1300.
Pemberontakan itu dilakukan oleh Lembu Sora, bawahan setia Raden Wijaya sejak runtuhnya Kerajaan Singasari.
Pemberontakan oleh Lembu Sora masih terkait dengan pemberontakan yang dilakukan Rangga Lawe, lima tahun sebelumnya.
Selain pemberontakan selama masa kepemimpinan Raden Wijaya, peristiwa pemberontakan juga terjadi saat Majapahit dipimpin oleh Jayanegara.
Jayanegara menjadi raja Majapahit pada 1309 masehi hingga 1328 masehi.
Di masa Jayanegara memerintah Majapahit, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Nambi dan Wiraraja.
Pemberontakan itu berhasil dipadamkan pada tahun saka 1238 atau tahun masehi 1316.
Pemberontakan berikutnya, dilakukan oleh Semi dan Kuti pada tahun saka 1240 dan 1241 atau tahun masehi 1318 dan 1319.
Sembilan tahun kemudian, terjadi peristiwa penikaman yang dilakukan oleh Tanca kepada Prabu Jayanegara.
Akibat tikaman dari tabib istana tersebut, Jayanegara meninggal dunia di dalam istana pada tahun saka 1250 atau tahun masehi 1328.