Astana Girilaya alias Makam Girilaya, makam Mataram Islam yang tadinya untuk Sultan Agung.
Intisari-Online.com -Jauh sebelum kematiannya, raja terbesar Mataram Islam Sultan Agung sudah menyiapkan tempat di mana kelak dia beristirahat untuk selamanya.
Sebelum memutuskan membangun Astana Pajimatan Himagiri alias Makam Raja-raja Imogiri, Sultan Agung memerintahkan untuk membangun pemakaman di Girilaya.
Konon, pemakaman itu merupakan tempat beristirahatnya keluarga Sultan Agung.
Sosok yang dipercayamembangun pemakaman ini adalah Panembahan Juminah yang merupakan paman Sultan Agung.
Setelah pembangunan tersebut selesai, Panembahan Juminah wafat.
Untuk menghormati jasanya, maka Sultan Agung memerintahkan agar pamannya dimakamkan di Girilaya.
Selain Panembahan Juminah, ada beberapa sosok penting lainnya yang dimakamkan di Astana Girilaya.
Di antaranya adalahKi Ageng Giring, Ki Ageng Sentong, Panembahan Girilaya yang merupakan mertua Sultan Agung.
Lalu adaDyah Banawati, ibu Sultan Agung.
Karena itulah Astana Girilaya bisa dibilang sebagai makam keluarga Sultan Agung, minus Sultan Agung.
Karena kita tahu, Sultan Agung akhirnya dimakamkan di Astana Pajimatan Himagiri alias Makam Raja-raja Imogiri.
Dikutip dari situs Kemendikbud, Makam Giriloyo didirikan tahun 1628-1829.
Seperti disebut di awal, rencananya makam ini akan digunakan untuk makam Sultan Agung beserta keluarganya.
Akan tetapi rencana tersebut dibatalkan karena bukit Giriloyo terlalu sempit.
Selain itu, karena Pangeran Juminah telah dimakamkan terlebih dahulu di tempat tersebut.
Oleh karena itu, Sultan Agung kemudian mencari alternatif tempat lain di Gunung Merak yang terletak di sebelah selatan Makam Giriloyo.
Makam Giriloyo terdapat di atas perbukitan Giriloyo.
Makam ini terdiri atas empat bagian yaitu makam di sayap kiri (barat), makam di sayap kanan (timur), makam di luar pagar keliling, dan masjid.
Untuk menuju makam sayap kiri (barat) harus melewati 25 anak tangga.
Makam ini merupakan yang paling tinggi di antara makam-makam lainnya.