Neptu, Dina, Pasaran: Makna di Balik Angka Kelahiran dalam Budaya Jawa

Ade S

Penulis

Berikut ini penjelasan tentang apa itu neptu, dina, dan pasaran dalam budaya Jawa.
Berikut ini penjelasan tentang apa itu neptu, dina, dan pasaran dalam budaya Jawa.

Intisari-Online.com -Dalam budaya Jawa, angka kelahiran seseorang tidak hanya menunjukkan tanggal dan bulan, tetapi juga memiliki makna tersendiri yang berkaitan dengan perhitungan kalender Jawa.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menghitung dan menafsirkan angka kelahiran dalam budaya Jawa, seperti neptu, dina, pasaran, weton, pangarasan dan pancasuda.

Artikel ini akan menjelaskan apa itu neptu, dina, pasaran dan bagaimana cara menghitung dan memahami maknanya.

Neptu

Neptu adalah nilai angka tertentu yang melekat pada hari maupun pasaran.

Hari adalah hari masehi yang berjumlah tujuh, yaitu Ahad (Minggu), Senen (Senin), Selasa (Selasa), Rebo (Rabu), Kemis (Kamis), Jumungah (Jumat) dan Sabtu (Sabtu).

Pasaran adalah hari Jawa yang berjumlah lima, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Setiap hari dan pasaran memiliki nilai neptu yang berbeda-beda.

Berikut adalah tabel nilai neptu untuk hari dan pasaran:

Tabel hari, pasaran dan neptu.
Tabel hari, pasaran dan neptu.

Neptu digunakan untuk menghitung weton atau hari kelahiran seseorang. Weton adalah gabungan dari hari dan pasaran kelahiran seseorang.

Untuk mengetahui weton seseorang, kita harus menjumlahkan nilai neptu dari hari dan pasaran kelahirannya. Misalnya, seseorang lahir pada hari Rebo Kliwon. Maka wetonnya adalah 7 + 8 = 15. Angka ini disebut neptu weton atau neton.

Baca Juga: Neptu Jawa: Rahasia di Balik Angka Sakti yang Membentuk Nasib Anda

Dina

Dina adalah istilah untuk menyebut jumlah hari dalam satu tahun kalender Jawa. Dalam kalender Jawa, ada tiga jenis tahun yang berbeda, yaitu tahun Saka, tahun Anom dan tahun Aboge.

Tahun Saka adalah tahun yang paling umum digunakan dalam kalender Jawa. Tahun Saka dimulai pada tahun 78 Masehi dan memiliki siklus 12 bulan dengan jumlah hari bervariasi antara 354 sampai 355 hari.

Tahun Anom adalah tahun kabisat yang terjadi setiap empat tahun sekali dan memiliki jumlah hari 384 atau 385.

Tahun Aboge adalah tahun tambahan yang terjadi setiap delapan tahun sekali dan memiliki jumlah hari 354 atau 355.

Dina digunakan untuk menghitung umur seseorang dalam budaya Jawa. Umur seseorang dihitung berdasarkan jumlah dina sejak ia lahir sampai saat ini. Misalnya, seseorang lahir pada tanggal 10 Sura tahun Saka 1950.

Pada tanggal 10 Sura tahun Saka 1958, ia berumur delapan tahun atau sebanyak 2922 dina (354 x 8 + 10). Umur seseorang dalam dina juga bisa digunakan untuk menentukan pangarasan atau perwatakan seseorang.

Pasaran

Pasaran adalah hari Jawa yang berjumlah lima, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Pasaran berputar secara berurutan dan berulang setiap lima hari.

Pasaran digunakan untuk menentukan hari baik atau buruk untuk melakukan sesuatu, seperti bekerja, berdagang, menikah, membangun rumah, dan lain-lain. Setiap pasaran memiliki makna dan karakteristik tersendiri.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang makna dan karakteristik dari masing-masing pasaran:

Baca Juga: Satria Wibawa dan Lakuning Rembulan, Inilah 5 Weton yang Memiliki Titisan Darah Biru Menurut Primbon Jawa

- Legi

Pasaran ini melambangkan kecerahan, kejernihan, kebersihan dan kesucian. Orang yang lahir pada pasaran Legi biasanya cerdas, jujur, terbuka, optimis dan beruntung. Hari baik untuk pasaran Legi adalah Ahad, Selasa dan Jumungah. Hari buruk adalah Rebo dan Sabtu.

- Pahing

Pasaran ini melambangkan kekuatan, keberanian, ketegasan dan kewibawaan. Orang yang lahir pada pasaran Pahing biasanya berani, tegas, berwibawa, mandiri dan bertanggung jawab. Hari baik untuk pasaran Pahing adalah Senen, Rebo dan Sabtu. Hari buruk adalah Selasa dan Kemis.

- Pon

Pasaran ini melambangkan kekayaan, kemakmuran, kesuburan dan kesejahteraan. Orang yang lahir pada pasaran Pon biasanya kaya, makmur, subur, sejahtera dan dermawan. Hari baik untuk pasaran Pon adalah Selasa, Kemis dan Ahad. Hari buruk adalah Senen dan Jumungah.

- Wage

Pasaran ini melambangkan kebijaksanaan, keterampilan, ketelitian dan kreativitas. Orang yang lahir pada pasaran Wage biasanya bijaksana, terampil, teliti, kreatif dan inovatif. Hari baik untuk pasaran Wage adalah Kemis, Jumungah dan Senen. Hari buruk adalah Ahad dan Rebo.

- Kliwon

Pasaran ini melambangkan keagungan, kebesaran, keindahan dan kesempurnaan. Orang yang lahir pada pasaran Kliwon biasanya agung, besar, indah dan sempurna. Hari baik untuk pasaran Kliwon adalah Jumungah, Sabtu dan Selasa. Hari buruk adalah Senen dan Rebo.

Kesimpulan

Neptu, dina dan pasaran adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan perhitungan kalender Jawa. Neptu adalah nilai angka yang melekat pada hari maupun pasaran. Dina adalah jumlah hari dalam satu tahun kalender Jawa. Pasaran adalah hari Jawa yang berjumlah lima.

Ketiga istilah ini digunakan untuk menghitung dan menafsirkan angka kelahiran seseorang dalam budaya Jawa.

Angka kelahiran seseorang dapat menunjukkan weton atau hari kelahirannya, umur dalam dina atau jumlah harinya sejak lahir sampai saat ini, pangarasan atau perwatakan seseorang berdasarkan umurnya dalam dina, pancasuda atau nasib seseorang berdasarkan wetonnya, serta hari baik atau buruk untuk melakukan sesuatu berdasarkan pasarannya.

Baca Juga: Cara Menghitung Weton Jawa untuk Nikah: Cek Seberapa Cocok Anda dan Pasangan

Artikel Terkait