Intisari-online.com - Sejumlah pejabat Indonesia dikabarkan takut berkunjung ke Masjid Menara Kudus ataupun ke Makam Sunan Kudus yang terletak di sebelah barat masjid.
Bahkan, pada 2015, Presiden Joko Widodo pernah diberitakan membatalkan kunjungannya ke masjid ini.
Menurut cerita rakyat, pejabat Indonesia berani yang berkunjung ke tempat ini, akan kehilangan jabatannya.
Presiden Sukarno dan Presiden Gus Dur adalah contoh nyata. Begitulah kata mereka.
Kecerdasan Sunan Kudus
Masjid Menara Kudus adalah bukti kecerdasan Sunan Kudus dalam strategi dakwah. Dia memadukan puncak-puncak kebuadayaan yang ada saat itu.
Sunan Kudus membangun masjid dengan menara yang menyerupai candi Hindhu. Di sekelilingnya diberi hiasan keramik China.
Dia ingin memberi pesan, Islam datang tidak untuk merusak peradaban masyarakat setempat yang telah berkembang.
Pesan kearifan lainnya juga bisa ditangkap saat dia melarang warga Kudus mengonsumsi daging Sapi.
Alasannya jelas, agar tidak melukai hati warga Kudus yang saat itu masih banyak memeluk agama Hindhu. Islam datang dengan lembut, bukan dengan kebisingan dan kegaduhan.
Ditakuti Pejabat
Di balik kemegahan dan keanggunan Masjid Menara Kudus, terdapat satu cerita yang cukup menarik. T
ak banyak penguasa, pejabat, politisi atau orang-orang yang merasa memiliki kekuatan khusus, yang singgah ke masjid atau berziarah ke makam sang sunan.
Mitos yang berkembang menyatakan, pejabat yang berkunjung ke tempat ini akan lengser atau tumbang. Presiden Sukarno dan Gus Dur pernah berkunjung ke sini. Dan keduanya sama-sama tumbang.
Ini mungkin sekadar mitos. Uniknya, Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 juga pernah diberitakan membatalkann kunjungannya ke Kudus. Hal ini bisa dilihat dari jejak digital yang bertebaran di internet.
Masyarakat luas mengaitkan hal itu dengan cerita rakyat bahwa Sunan Kudus telah memasang Rajah Kalacakra di gerbang atau pintu masuk menuju masjid yang juga bisa mengakses ke makam.
Rajah itu, konon, mampu melemahkan semua kekuatan atau daya linuwih seseorang. Bahkan dipercaya, penguasa akan segera kehilangan kekuasaannya jika melewati rajah itu. Demikian pula bagi pejabat.
Arya Penangsang vs Jaka Tingkir
Ujar sahibul hikayat, bukan tanpa alasan Sunan Kudus memasang rajah kalacakra di gerbang ptntu masuk masjidnya.
Selain untuk melerai pertikaian sengit para pewaris Kerajaan Demak, Sunan juga ingin menghindarkan pesantren asuhannya, dari tarik-menarik pengaruh politik.
Kala itu Kesultanan Demak memang sedang memanas karena intrik perebutan kekuasaan. Puncak perseteruan terjadi saat Jaka Tingkir atau Sultan hadiwijaya berebut takhta dengan Adipati Jipang Arya Penangsang.
Pada situasi politik sangat panas itulah, kedua belah pihak datang ke Sunan Kudus untuk meminta nasehat.
Sunan Kudus rupanya menghendaki semua dikembalikan dari nol jika ingin mencari solusi dari konflik. Semua harus menanggalkan posisi politik, jabatan ataupun kekuasaannya.
Karena itulah dia memasang Rajah Kalacakra untuk menihilkan semua kekuatan, kedigdayaan dan kekuasaan kedua pihak yang berseteru.
Rajah itu dipasang di pintu masuk Pesantren Kudus sehingga siapapun yang masuk dan melewatinya akan terkena daya dari rajah yang dipasang oleh sang sunan yang terkenal kesaktiannya itu
Hadiwijaya dengan kecerdikannya masuk ke pesantren lewat pintu lain. Sementara Arya Penangsang, karena lalai, ia justru melewati gerbang tersebut.
Sejarah akhirnya mencatat, Arya Penangsang tidak hanya kehiloangan jabatannya tapi juga tewas mengenaskan.
Menurut Pengurus Komunitas Menara Kudus, Abdul Jalil, hal ini bukan sekadar mitos karena ada data, peristiwa, dan bukti rajahnya.
Hingga saat ini, cerita itu masih terus berkembang dan dilestarikan. Banyak pejabat dan politisi yang kemudian yang tidak mau ambil resiko untuk datang ke Masjid Menara Kudus.
Baca Juga: Misteri Persaingan Sunan Kudus vs Sunan Kalijaga, Siapa yang Menang?