Peristiwa Ayah Bunuh Putri Kandung Di Gresik, Psikolog: Bisa Jadi Si Ayah Rasa Insecure-nya Tinggi

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Psikolog keluarga dan anak Mira Damayanti Amir menyoroti kasus pembunuhan anak di Gresik, Jawa Timur. Dia menyinggung soal sikap insecure yang ada pada diri si pelaku.
Psikolog keluarga dan anak Mira Damayanti Amir menyoroti kasus pembunuhan anak di Gresik, Jawa Timur. Dia menyinggung soal sikap insecure yang ada pada diri si pelaku.

Psikolog keluarga dan anak Mira Damayanti Amir menyoroti kasus pembunuhan anak di Gresik, Jawa Timur. Dia menyinggung soal sikap insecure yang ada pada diri si pelaku.

Intisari-Online.com -Seorang pria di Gresik membunuh putri kandungnya sendiri yang masih 9 tahun.

Pria bernama Afan itu berdalih, pembunuhan itu dilakukan demi kebaikan sang putri.

Tak hanya itu, pria juga mengaku tidak kuat melihat sang putri yang terus-terusan di-bully karena profesi sang ibu yang seorang pemandu karaoke.

Psikolog keluarga Mira Damayanti Amir buka suara terkait kasus yang menghebohkan warga Gresik, Jawa Timur.

Pertama-tama dia tidak percaya dengan konsep membunuh anak demi kebaikan sang anak (altruistic filicide).

Dia bahkan menyebut itu sebagai alasan orangtua saja untuk membenarkan ketidakmampuannya dalam mengasuh anak.

"Tugas orangtua adalah memastikan kelangsungan hidup sang anak," kata psikolog di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia itu.

"Bukan malah menghilangkan nyawanya."

Mira menegaskan bahwa nature-nya orang, sebagai induk, adalah memastikan bahwa sang anak harus tetap hidup.

Apa pun yang terjadi.

Alih-alih membunuh karena kebaikan sang anak, Mira justru menyoroti beberapa kemungkinan yang dialami oleh Afan.

Bagi Mira, ada dua hal yang barangkali dialami oleh Afan.

Pertama adalah soallack of competition, kedua terkait life instincts.

Psikolog anak dan keluarga Mira D. Amir
Psikolog anak dan keluarga Mira D. Amir

Lack of competition adalah perasaan takut bersaing, sementaralife instincts lebih mengacu pada naluri untuk bertahan hidup, bersenang-senang, dan bereproduksi.

Life instincts adalah naluri yang dibituhkan untuk mempertahankan keberadaan manusia baik individu maupun global.

Karena adanya dua hal itu, Mira menduga, Afan menjadi sosok pria yang inferior, yang insecure terhadap lingkungannya.

"Dia merasa, aku nggak mampu berbuat apa-apa. Self instingnya juga rendah, dia insecure," kata Mira.

Mungkin juga, "Ke arah depresi," ujarnya.

Jikalife instincts kuat, lanjut Mira, besar kemungkinan dia akan memastikan keberlanjutan hidup sang putri, apa pun kondisinya.

"Yang penting kamupapah besarin, apa pun yang terjadi," kata Mira.

Jikalife instincts-nya kuat, Afan tidak akan kabur dari bully yang dihadapi putrinya.

Jikalife instincts-nya kuat, "Dia tidak akan menghadapi bully (kepada putrninya) dengan kekerasan, tapi dengan pembuktian."

Terkait faktor insecurity yang kerap dihadapi oleh pria yang tidak berpenghasilan, faktor pendidikan dan temperamental akan sangat mempengaruhi.

Jika temperamen seorang pria itu bagus, dia akan menghadapi segala persoalan yang dihadapi dengan kepala dingin.

Lalu apa yang harus dilakukan pria seperti Afan?

Pertama-tama, kata Mira, dia harus berani mengakui kondisi yang sedang dia hadapi.

Dengan begitu, dia bisa terbuka terhadap apa pun saran yang diberikan kepadanya.

Dengan begitu juga, dia bisa berdiskusi dengan siapa pun, lebih-lebih dengan istrinya soal pembagian kerja, soal pencarian nafkah, soal pengasuhan sang buah hati, dan lain sebagainya.

Dengan pengakuan dari si suami, dia akan bisa menghadapi setiap omongan yang datangnya dari luar rumahnya, termasuk stigma buruk yang susah dihindari.

Artikel Terkait