Selama sebulan penuh, mereka memberikan perlawanan yang gigih, meskipun kekurangan amunisi dan bahan makanan.
Pada malam 21 dan 22 September 1628, pertempuran mencapai puncaknya. Pasukan Mataram melancarkan serangan hebat ke Redoute Hollandia, berharap dapat merebutnya sebelum bala bantuan datang dari benteng lain.
Namun, mereka mendapat kejutan dari meriam-meriam Kompeni yang menembakkan tinja ke arah mereka.
Tinja-tinja itu meledak di udara dan menghujani pasukan Mataram dengan bau busuk dan kotoran.
Banyak prajurit Mataram yang muntah-muntah dan jijik karena terkena tinja. Mereka juga takut terkena penyakit karena tinja itu bisa mengandung bakteri atau parasit.
Akibatnya, mereka mundur dan meninggalkan Redoute Hollandia.
Serangan kedua Mataram terjadi pada tahun 1629. Sultan Agung mengerahkan 130.000 prajurit yang diperkuat dengan meriam.
Mereka mulai bergerak pada akhir Mei 1629. Namun, akibat tertangkapnya mata-mata Mataram oleh Kompeni, rencana serangan bocor dan logistik untuk pasukan Mataram dihancurkan oleh kapal-kapal Kompeni.
Pasukan Mataram sampai juga di Batavia. Serangan dimulai pada 22 Agustus 1629. Sasarannya diarahkan pada benteng-benteng: Parel, Holland, Robijn, Safier, dan Diamant.
Benteng-benteng itu dikepung oleh berlapis-lapis prajurit Mataram dengan perbekalan dan persenjataan yang diatur dengan tertib.
Namun, Kompeni sudah memperkirakan segala kemungkinan yang terjadi apabila pasukan Mataram melakukan serangan.
Baca Juga: Jadikan Manusia Bak Peluru Meriam, Ini 4 Kaisar China Paling Keji dan Dibenci Dalam Sejarah
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR