Bisnis Jilbab: Karakter sebagai Strategi Pemasaran

Moh Habib Asyhad

Editor

Bisnis Jilbab: Karakter sebagai Strategi Pemasaran
Bisnis Jilbab: Karakter sebagai Strategi Pemasaran

Intisari-Online.com - Bisnis jilbab sejatinya bukanlah bisnis yang simpel, apalagi yang masih dikerjakan dengan tenaga manusia. Seorang pemotif kerudung membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyelesaikan satu lembar jilbab. Belum lagi, motif-motif lain yang tampaknya simpel tapi jika diperhatikan lebih detil sangat rumit.

(Baca: Bisnis Alternatif Bagi Mahasiswa)

Meski demikian, beberapa pebisnis jilbab tetap memilih cara-cara lama - mengerjakan dengan tangan - daripadi berpaling ke sistem komputer. “Sistem komputer memang akan memproduksi jilbab dengan jumlah yang besar, dan bisa jadi menguntungkan secara bisnis. Tapi ada satu yang lebih penting, yaitu bagaimana mempertahankan kekhasan dari barang dagangan itu sendiri, dalam hal ini adalah jilbab,” jelas Tia Wigati, 45.

Tia menambahkan, pebisnis jilbab berhak menentukan karakter seperti jilbab yang akan mereka jual. Karakter-karakter ini biasanya sudah terkonsep sejak awal pendiriannya. Tia menyebutnya sebagai “DNA” perusahaan.

Menggunakan sistem kerja handmade dianggap sebagai salah satu DNA dari perusahaan yang ia dirikan bersama rekan-rekannya. Hampir seluruh bordir dikerjakan menggunakan tenaga tangan manusia.

Demi menjaga DNA yang kadung mengalir ini, Tia enggan memproduksi dalam skala besar. Hanya 200-an potong tiap motifnya. Itu pun tidak benar-benar persis. Memang terkesan lebih personal dan eksklusif, tapi Tia percaya bahwa cara ini akan membuat jilbab-jilbab kepunyaannya lebih berbeda dengan jilbab-jilbab lain.

(Baca: 7 Karakteristik Pebisnis sukses)

Jika sudah mempunyai kekhasan, selanjutnya adalah bagaimana tetap konsisten dengan DNA yang telah diamini sejak awal berdiri. Jangan gara-gara beberapa hal, lalu mengingkarinya dan ikut yang lain. Terkadang memang diperlukan evaluasi, tapi sebisa mungkin jangan sampai menyimpang dari pondasi awal yang telah digagas.

“Strategi itu sifatnya tidak pakem, suatu saat ia akan membutuhkan evaluasi, terutama terkait mode dan cara pemasaran yang sangat bergantung dengan kebutuhan pasar bisnis jilbab. Beberapa perusahaan jilbab kerap melakukan rapat bulanan dengan staff-staff ahlinya untuk membicarakan strategi jangka pendek,” ujar Tia.