E-Money Bikin Kita Lebih Hemat

Arnaldi Nasrum

Penulis

E-Money Bikin Kita Lebih Hemat
E-Money Bikin Kita Lebih Hemat

Intisari-Online.com - Berdasarkan data Bank Indonesia, pada Maret 2015, jumlah transaksi dengan menggunakan e-money mencapai 30,5 juta dengan nilai Rp339,2 miliar. Tumbuh 100% dibandingkan dengan April 2014 yang hanya mencapai 13,4 juta dengan nilai Rp231,8 miliar.

Meski begitu, saat ini, masih banyak orang yang “alergi” memakai uang elektronik. Sebagian dari mereka beralasan, produk e-money yang beredar sangat banyak, tidak kurang dari 14 merek. Belum lagi masih ada yang beranggapan, e-money sama dengan kartu kredit mengingat bentuknya sama-sama kartu. Padahal, keduanya berbeda! E-money bisa bikin kita lebih hemat.

Hal yang harus dipahami, kehadiran e-money bukanlah semata-mata sebagai alternatif belaka. Lebih tepatnya untuk menjawab tantangan kebutuhan dan mobilitas masyarakat. “E-money hadir mengingat kebutuhan manusia terhadap efektifitas pembayaran,” ungkap Andri Sumarno, pengamat Perbankan dari Mega Capital Indonesia.

E-money adalah instrumen pembayaran nontunai masa kini yang mampu menggantikan fungsi uang kartal sebagai alat pembayaran. Ini merupakan bagian dari integrasi pertumbuhan ekonomi dalam mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat.

Sebenarnya, e-money telah lama berkembang di dunia perbankan. Hanya penggunaannya belum merata. sosialisasi kepada masyarakat belum gencar dilakukan. Makanya jangan heran jika masih banyak yang enggan menggunakan.

Andri sendiri mengakui, kehadiran e-money memang memberikan berbagai kemudahan. Paling tidak, kita tidak perlu membawa-bawa uang tunai sekian banyak untuk melakukan transaksi. Kita juga tidak perlu menyediakan uang pas, apalagi harus ribet menyimpan uang kembalian berupa koin ataupun pecahan yang kecil. Dan yang lebih penting adalah kesalahan dalam penghitungan uang kembali pun tidak akan terjadi.

Sejauh pengamatan Andri, yang menjadi kekhawatiran banyak orang adalah penggunaan e-money cenderung ribet. Keluhan yang sering ia temui, susahnya mengakses dan takut kartu e-money tidak dapat digunakan. Padahal, transaksi dengan e-money dapat dilakukan dalam waktu singkat dan sangat mudah.

“Enggak usah pakai PIN ataupun proses otorisasi lainnya,” ungkap Andri. Perlu diperjelas, penggunaan e-money dilakukan secara offline. “Kalau harus online, mungkin itu yang agak ribet. Tapi ‘kan kenyataannya tidak,” tambahnya. Tidak hanya itu, isi ulang e-money pun dapat dilakukan dengan berbagai cara yang telah disediakan.

Bagi Andri, persepsi yang menyatakan kartu lebih sederhana bukan dinilai dari bentuk fisiknya. Namun, lebih menitikberatkan kepada fungsinya yang dinilai lebih memberikan banyak benefit.

Lihat selengkapnya di Majalah Intisari Edisi Juli 2015