Intisari-Online.com -Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat tak menjelaskan secara detail dasar hukum yang dipakai untuk menerapkan aturan masuk sekolah pukul 05.00 Wita untuk sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota Kupang.
Saat diwawancarai sejumlah wartawan soal dasar hukum, Viktor justru meminta wartawan memikirkan sendiri.
"Dasar hukum kau pikir sendiri," kata Viktor sambil menunjuk salah satu wartawan media online nasional yang bertanya kepadanya di areal kebun serai milik SMA Negeri 6 Kota Kupang, Jumat (3/3/2023) sebagaimana diwartakan Kompas.com.
Viktor datang ke SMA Negeri 6 Kupang karena sekolah itu yang pertama kali menerapkan kebijakannya masuk sekolah pukul 05.00 Wita pada 27 Februari 2023.
Viktor mengaku ingin melihat langsung para murid dan guru masuk sekolah pada pukul 05.30 Wita.
Terlepas dari itu, seorangsiswa kelas XII MIPA SMAN 1 Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, bernamaRio Jonathan Adu, menunggangi kuda ke sekolah.
Ia menempuh jarak 8 kilometer dengan menunggang kuda dari rumahnya di Ndelabiti, Desa Dalek Eso ke sekolah.
Dikutip dari Pos Kupang, Rio menceriterakan alasan dirinya pergi ke sekolah dengan menunggangi kuda.
Saat itu motor yang ia miliki mogok, sementara ia tak ingin terlambat sekolah.
"Waktu itu, saya start motor tidak hidup, motor sudah mogok dan tanpa berpikir panjang, saya pergi ambil kuda di padang."
"Saat itu pula bapak dan mama sudah pergi ke sawah," ujar Rio.
Baca Juga: 7 Peninggalan Kerajaan Tarumanegara, Ada 'Telapak Kaki Dewa Wisnu'
Dengan kuda miliknya, ia harus melewati medan yang sulit ke sekolah.
"Saya sekarang sudah kelas 3 SMA, saya harus pergi ke sekolah untuk dapat pelajaran dan mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir, meski banyak tantangan yang saya hadapi," tegas Rio.
Saat tiba di sekolah, Rio spontan mendapatkan apresiasi dari kepala sekolahnya karena datang membawa kuda.
Aksi Rio ini banyak menuai pujian. Rio pun telah menginspirasi banyak temannya agar rajin ke sekolah untuk menggapai cita-cita.
"Untuk teman-teman saya di luar sana, hambatan untuk ke sekolah bukanlah masalah yang sulit."
"Banyak cara untuk sampai di sekolah dan terutama mendapat pendidikan dalam meraih masa depan," pesan Rio.
"Saya sampai di sekolah, Bapak Kepala Sekolah tanya saya kenapa bawa kuda, saya jawab, saya takut terlambat Bapak," ungkap Rio.
Saat Rio hendak mengikat kudanya di pelataran halaman sekolah, namun tak ada tempat yang cocok.
Ia pun diizinkan mengikat kudanya di padang rumput di depan sekolah.
"Karena ada padang rumput dan pohon di depan sekolah, saya memilih untuk ikat di situ."
"Dan Bapak Kepala sekolah beritahu security untuk menjaga kuda saya," kata dia.
Baca Juga: Penaklukan Batavia oleh VOC Mengawali Kisah Kelam Para Gundik
Rio adalah anak kedua dari pasangan suami istri Bernard Adu dan Juliana.
Usai pulang sekolah, ia membantu ayah dan ibunya menanam padi serta menjaga ladang mereka.
Sang ayah dikenal sebagai joki kuda dalam pacuan kuda hus (gelaran budaya pacuan kuda indah orang Rote).
"Kalau saya pulang sekolah, saya bantu bapak dan mama jaga sawah," ucapnya.
(*)