Intisari-Online.com- Dapatkah Anda menjelaskanmanfaat tradisi Sasi bagi kehidupan?
Sasi adalah sebuah adat Maluku yang diwariskan oleh nenek moyang sejak berabad-abad lalu.
Tradisi ini sekaligus mencerminkannilai-nilai kemaritiman tersebar di beberapa wilayah Indonesia bagian timur khususnya di Pulau Seram dan Pulau Haruku di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
Pada mulanya adat sasi dilakukan oleh raja-raja Maluku pada zaman sebelum kemerdekaan.
Adat Sasi dilakukan karena dua prinsip, pertama bahwa hasil alam tidak boleh disentuh atau dimanfaatkan ketika belum layak digunakan.
Kedua untuk memberikan kepuasan dari hasil usaha sendiri.
Prosesi Sasi (Buka dan Tutup Sasi)
Prosesi sasi diawali dari pusat sasi disebut batu kewang dipimpin oleh kewang desa bersangkutan.
Di sini dibacakan siriwei (ucapan tekat) oleh kapitan, memberikan nasehat dan disebarluaskan oleh marinyo (pembantu Raja yang bertugas menyampaikan berita kepada seluruh masyarakat) dengan menggunakan tabaos.
Larangan itu dinyatakan dengan matakao sebagai simbol kepemilikan.
Secara adat, pelaksanaan sasi ditentukan oleh hasil Rapat Dewan Adat (Saniri) yang wajib dilaksanakan Kepala Kewang (Latukeang, Kewano).
Baca Juga: Berikut Penjelasan Tentang Bagaimana Sejarah Tradisi Sasi, Yuk Simak!
Kewang yang bertugas di darat disebut Kewang Darat dan yang bertugas di laut disebut Kewang Laut.
Dalam menjalankan tugas mereka dibantu oleh sekel masing-masing untuk lingkunagan darat dan laut, serta 40 kewang yang lain.
Kewang dipilih oleh Malesi, Pela, Denia, Waelo, Luhukay, Tuhepory Sela, Maujet Tung, Toyanate Latu.
Kegiatan sasi diawali dengan proses tutup sasi, yaitu masa berlakunya larangan.
Pada waktu yang telah ditentukan kepala kewang (petugas keamanan desa) dan para pembantunya menanam tanda-tanda sasi di sekeliling perbatasan desa di darat dan di laut.
Tanda-tanda sasi adalah potongan-potongan kayu bakar atau bambu yang dibungkus menggunakan anyaman daun kelapa mirip ketupat.
Pada malam hari sepanjang sasi yang biasanya berlangsung 3 sampai dengan 6 bulan, kewang dan pembantu-pembantunya memeriksa dengan meniup kulit bea (siput) besar serta meneriakan kata Sill eee! yang sama artinya dengan sasi!
Teriakan itu disambut warga dengan meneriakkan Seke eee!, berart semoga menjadi kuat!
Upacara yang sama dengan acara buka sasi, dilakukan pada malam hari karena pada waktu malam arwah leluhur akan berkumpul di baileu.
Kesaksian leluhur dianggap penting untuk melegitimasi pelaksanaan sasi.
Sasi biasanya berlangsung 3 sampai dengan 6 bulan dan pada malam hari sepanjang sasi para kewang dan pembantu-pembantunya memeriksa dengan meniup kulit bea (siput) besar serta meneriakkan kata Sill eee! Yang sama artinya dengan sasi!
Baca Juga: Mengapa Terdapat Tradisi Sasi? Jawabannya Ternyata Terkait Kelestarian
Teriakan itu disambut warga dengan menerikkan Seke eee!, berarti semoga menjadi kuat!
Kemudian, setelah tutup sasi dalam jangka waktu tertentu secara adat maka dilakukan ritual buka sasi.
Apa Manfaat Tradisi Sasi bagi Kehidupan?
Peranan Sasi adalah sebagai wadah pengamanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
Tradisi Sasi juga sekaligus dapat mendidik dan membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang merupakan suatu upaya untuk memelihara tata krama hidup bermasyarakat.
Hal itu termasuk upaya pemerataan dan pembagian pendapatan dari sumber daya alam kepada seluruh masyarakat bumi. Itulah tadi penjelasanmanfaat tradisi Sasi bagi kehidupan.
Baca Juga:Jelaskan Bagaimana Sejarah Tradisi Sasi dan Prinsip-prinsipnya
(*)