Intisari-online.com - Indonesia memiliki banyak sekali peninggalan yang memiliki nilai sejarah.
Salah satu tempat bersejarah di Indonesia adalah Masjid Agung Demak yang konon masjid tertua di Pulau Jawa.
Masjid Agung Demak merupakan masjid yang dirikan oleh Walisongo, atau Wali Sembilan yang berlokasi sekitar 26 km dari Semarang.
Struktur masjid ini memiliki nilai histori seni bangunan arsitektur tradisional khas Indonesia.
Wujudnya masih terihat megah meski termakan usian, dan masih berfungsi sebagai tempat ibadah, wisata religi, sekaligus ziarah.
Selain itu banyak makna tersirat di balik bangunan tersebut.
Seperti misalnya atap limas piramida masjid yang meninjukkan Aqidah Islamiyah terdiri dari 3 bagian. Antara lain, Iman, Islam, dan Ihsan.
Pada pintu masjid ini, terdapat Pintu Bledeg, pintu yang dipercaya dibuat oleh Ki Ageng Selo bertuliskan Condro Sengkolo, dengan bunyi Nogo Mulat Saliro Wani.
Itu memiliki makna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H.
Masjid tersebut dibangun oleh raja kerajaan Demak pada saat itu Raden Patah bersama para Walisongo.
Masjid ini memiliki gambaran karismatik berupa candra sengkala memet dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna 1401.
Baca Juga: Kisah Klenteng Agung Sam Poo Kong, Tempat Bersejarah di Semarang
Dengan gambar bulus dengan makna kepala artinya 1, kaki artinya 4, badan bulus artinya o, dan ekor bulus artinya 1.
Gambar ini menyiratkan bahwa bulus ini melambangkan beridirinya Masjid Agung Demak tahun 1401 Masehi.
Menurut cerita ornamen kura-kura ini memiliki pengaruh dari budaya Tionghoa, sebab ornamen ini banyak muncul dalam mitologi tionghoa.
Kemudian,tiang soko gurunya yang terbuat dari potongan kayu yang disusun secara akurat.
Yaitu soko tal atau tatal menggunakan teknologi pembuatan Jung, kapal niaga Tiongkok dari Dinasti Ming.
Namun, ada pulatiang Soko Majapahit atau tiang di dalam Masjid Agung Demak berjumlah delapan.
Ini merupakan benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V atau Raden Kertabumi, kepada Raden Patah, ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
Menurut cerita masjid ini dulunya dijadikan tempat berkumpulnya Walisongo untuk menyebarkan agama islam di tanah jawa.
Hal ini membuat Demak hingga kini mendapat sebutan sebagai kota wali.
Dari segi arsitektur Masjid Agung Demak memiliki gaya bangunan khas tradisional Indonesia.
Terlihat sederhana namun megah, anggun dan kharismatik.
Baca Juga: Termasuk Bank Peninggalan Belanda Inilah 5 Tempat Bersejarah di Medan
Dalam Babad Walisongo dijelaskan salah satu tiang penyangka merupakan serpihan kayu dari ketiga tiang lainnya.
Kemudian, Sunan Kalijaga mengumpulkan serpihan kayu tersebut kemudian mengikatnya menjadi sebuah tiang utama yang dikenal sebagai soko total.
Karakter Masjid Agung Demak ini merupakan wujud akulturasi budaya dan media dakwah yang digunakan pada saat Walisongo membangun masjid ini.