Intisari-Online.com – Seorang wanita mengeluh sudah sepuluh tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Ia bercerita, seirng merasa mudah marah sampai meledak, ingin menjerit tapi tidak tahu apa yang akan dijeritkan.
Sudah banyak dokter spesialis di Jakarta, sampai Singapura, yang menyatakan kondisi fisiknya baik-baik saja. Ikut program bayi tabung, juga tidak berhasil. Menjelang program bayi tabung berikutnya, ada perasaan takut menghadapi kegagalan. Ia juga takut dengan reaksi pengobatan hormon dalam rangka program itu seperti muntah, pusing, dan merasa seluruh tubuh bengkak. Sekarang ia takut karena harus berpacu dengan umur, yakni 37 tahun. Mungkinkah ia punya anak? Hubungan seksualnya sendiri tidak ada masalah.
Setelah dilakukan terapi hypnosis, spiritual hynosis assisted therapy (SHAT), ternyata kejadian yang muncul di luar wawancara yang telah dilakukan. Mula-mula ia merasa adik ayahnya memukul dengan kayu. Meski sudah minta ampun, ia terus dipukul sampai seluruh tubuhnya berdarah. Ayahnya hanya memandang diam. Ia merasa takut, sakit, dan bingun karena merasa tidak ada yang menolong.
Seluruh ketakutan itu diselesaikan, muncul ketakutan lain. Ia tidak bisa ngomong. Mulutnya terbuka, tetapi tidak bisa ngomong. Ia kelihatan takut luar biasa, seperit tidak bisa bernapas, seperti mengalami nyeri yang luar biasa, tubuhnya meronta dan kemudian ia membanting-banting tubuhnya dan mengatakan, “Mama jahat. Kenapa mama membiarkan anaknya mengalami penderitaan. Mama jahaaat!” Teriakannya melengking dan kemudian napasnya tersengal-sengal.
Ia lalu bercerita bahwa ia berulang kali diperkosa oleh adik ibunya yang sudah punya istri dan dua orang anak. Kejadiannya pada saat rumah sepi. Ia tidak berani mengadu kepada ibunya, karena diancam akan dibunuh. Saat itu ia tujuh tahun. Ia benci ibunya yang membiarkannya tinggal dengan pamannya. Penderitaannya ini tidak pernah ia ungkapkan, bahkan berusaha melupakan dan tidak mau diliputi dendam. Bahkan memohon kepada Tuhan agar mengampuni pamannya.
Melalui hipnosis terungkap trauma masa kanak-kanak, yakni sexual abuse yang dikuburnya dalam-dalam. Ia menjadi mudah marah, meledak-ledak sampai mengamuk, cemas, dan tegang. Dan ternyata lebih jauh ia mengaku bahwa sebenarnya ia tidak pernah menikmati hubungan seksual. Saat akan berhubungan, ia merasa ketakutan yang tidak diketahui sebabnya. Ia berusaha menghindar, tapi harus menjalani kewajiban sebagai istri. Apalagi ia ingin memberi keturunan dan mempererat perkawinannya. (Healthy Sexual Life)