Intisari-Online.com - Otak mungkin menjadi organ yang paling terpengaruh secara langsung akibat stres terus menerus yang kita hadapi. Berikut apa saja pengaruh stres pada otak dan bagaimana cara mengatasinya.
1. Kemampuan belajar turun
Saraf sel punca di hipocampus, bagian otak yang penting untuk belajar dan daya ingat, dibentuk oleh neuron. Tetapi di bawah stres kronik, sel punca ini menjadi dilapisi dengan mielin. Kelebihan mielin ini berakibat terganggungnya komunikasi dan sambungan antar neuron. Hal tersebut tentu mengganggu fungsi kerja otak.
Kondisi itu terutama ditemui pada orang yang mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca trauma.
2. Risiko stroke
Kadar stres yang tinggi bisa meningkatkan risiko stroke. "Selain faktor risiko tradisional, seperti kadar Kolesterol, tekanan darah, dan merokok, stres juga berkontribusi pada kejadian stroke," kata Susan Everson-Rose, peneliti.
3. Depresi
Stres kronik dapat mencegah munculnya sel saraf baru di hipocampus. Kondisi ini akan mengurangi kemampuan seseorang untuk bangkit dari episode stres berikutnya dan menyebabkan gejala mirip depresi muncul.
4. Ukuran otak mengecil
Kecemasan yang dipicu oleh berbagai kejadian, seperti perceraian, kehilangan rumah, atau ditinggal meninggal orang terkasih, dapat mengurangi area abu-abu di bagian otak. Area otak ini menangani kontrol diri dan emosi.
Kabar baiknya, riset menunjukkan otak punya kemampuan alami untuk pulih dari stres. Bila pemicu stres hilang, sel punca neural akan kembali mendapatkan kemampuannya meregenerasi neuron pada level normal.
Para ahli percaya ada beberapa kegiatan yang bisa mengurangi kadar stres dan meminimalkan kerusakan saraf. Misalnya saja olahraga, termasuk olahraga ringan seperti jalan kaki sudah cukup untuk mengembalikan mood dan menurunkan stres.
Cara lain yang terbukti ampuh adalah meditasi. Praktik sejak ribuan tahun ini terbukti efektif memberi ketenangan hati dan meredakan kecemasan.
(kompas.com)