Intisari-online.com—Benar. Banyak orangtua yang agaknya kewalahan menghadapi anak remaja. Apalagi jika remaja tersebut terlihat baik, namun sebenarnya memberontak dan sering berbohong.
Misalnya ia berbohong tentang dengan siapa ia menonton film, mengerjakan tugas di luar rumah, dan apa yang dilakukannya di sekolah. Sehingga orangtua juga sulit percaya pada anak remaja ini dalam segala hal.
Tentu saja, memiliki anak remaja yang suka berbohong sangat menggelisahkan orangtua. Namun, untuk mengatasi semua hal itu, ada hal penting yang harus Anda ketahui. Yakni, jangan melebih-lebihkan perilaku bohong anak Anda. Sebaiknya jangan pula bereaksi terlalu berlebihan. Kalau reaksi Anda terlalu berlebihan, upaya untuk menolong anak untuk memperbaiki kesalahannya semakin terhambat.
Memang tidak mudah untuk menjadi tenang saat anak berbohong. Namun orangtua perlu menyadari bahwa menanggapi persoalan ini dengan tenang adalah jawabannya. Remaja berbohong biasanya terjadi karena ia tidak ingin jatuh dalam masalah dan konflik. Ia cenderung menghindar dari reaksi yang tidak ingin dilihatnya.
Bisa jadi anak tersebut berbohong untuk melindungi dirinya sendiri, menenangkan dirinya dari rasa kesepian dan problem remaja lainnya. Biasanya kebohongan remaja dilakukannya untuk menutupi dirinya sendiri. Sehingga ia cenderung melakukan kebohongan untuk membatasi privasinya dari orangtuanya.
Ketimbang menjadi stres karena kebohongan anak Anda. Lebih baik melakukan hal yang lebih penting agar ia bisa berubah perlahan. Yaitu, respon yang tepat. Dari pada mencecarnya dengan berbagai kalimat kemarahan, lebih baik mencari tahu terlebih dahulu mengapa ia berbohong.
Benar kalau perilaku berbohong adalah perilaku yang berisiko. Karena itu, orangtua juga mesti menyelidiki dengan jeli. Sebab adakalanya perilaku bohong mencerminkan mental yang tidak sehat. Siapa tahu saja ia membutuhkan bantuan profesional.
Untuk menghadapi anak yang sering berbohong, ajaklah ia berbicara dari hati ke hati. Tanyakan mengapa ia memilih untuk berbohong dan jangan gunakan nada bicara yang menghakiminya. Jika orangtua memarahi dengan penuh penilaian dan kecurigaan, ia akan merasa bahwa orangtua bukanlah orang yang tepat untuk mendengar ceritanya.
Jangan gunakan nada yang menyalahkan ketika menegurnya. Namun cobalah untuk menyelidiki ketakutan dan perasaan anak Anda. Anak perlu mengeri tentang nilai dan prinsip yang benar. Diskusikan mengenai nilai-nilai yang baik dengan anak tanpa mendiktenya.
Pastikan remaja Anda nyaman untuk terbuka pada Anda mengapa ia melakukan perilaku tersebut, sehingga Anda sendiri juga akan menemukan cara untuk mengatasinya.
(psychologytoday.com)