Intisari-Online.com -Muncul rumor bahwa China tengah berada di tengah kudeta militer.
Rumor tersebut ramai diperbincangkan di media sosial Twitter.
MelansirNewsweek, di antara rumor yang beredar adalah bahwa Li Qiaoming, seorang jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), militer China, telah menggantikan Xi.
Menurut sejumlah postingan di media sosial negara Tirai Bambu itu, Xi Jinping telah dicopot dari posisinya sebagai Kepala Tentara Pembebasan China (PLA).
Selain itu, Xi Jinping tersebut dirumorkan menjadi tahanan rumah.
Terkait hal tersebut, hingga kini belum ada dari partai penguasa, Partai Komunis China, atau media negara yang memberikan konfirmasi.
Terlepas dari rumor yang sedang beredar ini, pada tahun 2021 lalu,Partai Komunis China (PKC) mengeluarkan "resolusi historis" langka, yang mengangkat status kepemimpinan Xi Jinping.
Ringkasan resmi dari resolusi historis Xi Jinping disahkan pada Kamis di sesi pleno ke-6, salah satu pertemuan politik paling penting di China.
Pengesahan resolusi historis Xi Jinping itu menjadikan Xi setara dengan pendiri partai Mao Zedong dan penggantinya Deng Xiaoping.
Deng Xiaoping sendiridikenal sebagai arsitek perekonomian China.
Dialah yang memulai reformasi besar-besaran empat dekade lalu.
Sejak reformasi Deng, lebih dari 700 juta orang terangkat dari kemiskinan di China.
Pada mulanya, karier Deng semakinmeningkat, ketika dilantik jadi Wakil Perdana Menteri China tahun 1952, dan jadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis China tahun 1954.
Kepandaiannya dalam berorganisasi sempat dipuji Mao Zedong, tapi mulai berselisih paham di tahun 1960-an saat terjadi Revolusi Kebudayaan.
Deng memiliki pandangan kuat terhadap kepentingan diri individual, sedangkan Mao lebih menekankan kebijakan egaliter.
Deng lalu diberhentikan dari posnya, dan bersama keluarganya dikirim ke pedesaan di Jiangxi untuk reedukasi.
Roda kehidupan Deng kembali berputar ke atas saat Mao meninggal pada 9 September 1976.
Revolusi Mao terhambat, dan Deng Xiaoping secara perlahan berkuasa sebagai pemimpin pengganti.
Saat dipimpin Deng, para petani dibebaskan memilih komoditas pertanian dan menyesuaikan kondisi alam.
Ini berbeda dengan kebijakan era Mao Zedong yang segalanya serba terpusat.
Dampaknya, produktivitas petani meningkat dan bahan pangan mudah didapat.
Deng memiliki program utama yaitu Zona Ekonomi Khusus atau SEZ (Special Economic Zones).
Kebijakan ini adalah model produksi terpusat yang menyasar dunia internasional sebagai pangsa pasar China.
Deng menekankan tanggung jawab individu dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan pembentukan kader teknisi serta manajer yang terampil, berpendidikan tinggi, untuk menjadi ujung tombak pembangunan China.
Dia membebaskan banyak perusahaan industri dari kontrol dan pengawasan pemerintah pusat, memberi manajer pabrik wewenang untuk menentukan tingkat produksi dan mengejar keuntungan untuk perusahaan.
Dalam urusan luar negeri, Deng memperkuat hubungan perdagangan dan budaya China dengan Barat dan membuka perusahaan Cina untuk investasi asing.
Dari kebijakan ini, perlahan investor dan distributor mulai masuk.
Pemerintah pun meraih profit dari pajak dan biaya administrasi.
Tahun 1981-1983 pertumbuhan ekonomi China mencapai 9,6 persen per tahun.
Kemudian tahun 1981-1984 di Shenzhen pertumbuhan ekonominya sebesar 75 persen per tahun, yang memunculkan istilah "Kecepatan Shenzhen" atau "Efisiensi Shenzhen".
Kemudian untuk reformasi sosialnya, Deng menerapkan kebijakan keluarga berencana paling ketat di dunia, yakni satu keluarga satu anak.
Ini dilakukan untuk mengendalikan populasi China yang terus meningkat.
Baca Juga: Xi Jinping adalah Sebuah Misteri, Perilaku Ini Membuat Gelembung Pemberontakan Membesar
(*)