Intisari-Online.com -Trenggiling yang dikenal sebagai salah satu hewan purba yang tersisa ternyata memiliki sisik yang sangat tinggi.
Kata kunci "trenggiling" sendiri sempat memasuki daftar pencarian tertinggi di mesin pencarian Google pada Jumat (23/9/2022) siang.
Tercatat ada lebih dari 5 ribu pencarian di mesin pencarian Google yang menggunakan kata kunci "trenggiling".
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui pasti penyebab tingginya pencarian dengan kata kunci "trenggiling".
Namun, di luar itu, hewan ini pada dasarnya memang memiliki berbagai keunikan bahkan bisa dibilang spesial.
Selain wujud dan caranya melindungi diri yang unik, hewan ini juga ternyata punya jejak sejarah yang sangat luar biasa.
Trennggiling termasuk dalam daftar hewan-hewan purba atau hewan prasejarah yang masih hidup hingga saat ini.
Maka tidak salah rasanya jikabeberapa pihak sampai menggolongkan trenggiling sebagai fosil hidup.
Padahal, faktanya hanya segelintir, lebih tepatnya sekitar 10 persen,hewan purba yang masih tetap hidup di Bumi.
Sementara sebagian besar lainnyaseperti dinosaurus atau megalodon telah punah oleh bebagai faktor baik alami maupun akibat ulah manusia.
Di Indonesia sendiri, kini masih tersisa beberapa hewan purba yang masih hidup dan menyebar di berbagai wilayah.
Selain trenggiling, hewan purba lainnya yang masih hidup di Indonesia adalah komodo, ikan arwana, buaya, penyu, ikan raja laut, belangkas, serta ikan pari.
Khusus untuk trenggiling, fosil tubuh hewan ini pernah ditemukan berasal dari masa Oligosen dan Miosen.
Selain statusnya sebagai hewan purba, trenggiling menjadi hewan yang unik tak lepas dari bentuk tubuhnya sendiri.
Dengan sisiknya yang keras, yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya, trenggiling bisa dengan mudah menarik perhatian.
Sisik ini sendiri berfungsi sebagai pelindung trenggiling di mana sang hewan akan menggulung tubuhnya menjadi lingkaran jika ada yang mencoba mengganggu atau menyerangnya.
Hewan yang kini sudah tergolong sebagai hewan terancam punah tersebut biasanya hidup di hutan hujan tropis dan dataran rendah di Asia Tenggara.
Khusus di Indonesia, hewan ini memiliki jenis Trenggiling Jawa (Manis Javanica) yang hidup di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan.
Sayangnya, hewan unik dan bersejarah ini kini malah terancam punah dengan sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia.
Salah satu pemicunya adalah perburuan hewan pemakan semut dan rayap ini kerap menjadi buruan para pemburu liar.
Para pemburu liar ini mengincar trenggiling karena diketahui memiliki nilai yang sangat tinggi pada bagian sisiknya.
Salah satu aksi penjualan sisik trenggilingterbaru yang berhasil digagalkan oleh aparat kepolisian terjadi pada Agustus lalu.
Saat itu polisi berhasil menggagalkan penjualan sisik trenggiling sebanyak 38 kilogram di SPBU Tarutung, Tapanuli Utara.
"Petugas bergerak cepat dan menemukan seseorang mencurigakan yang membawa dua karung yang diduga membawa sisik trenggiling," jelas Johanson dalam keterangan persnya di Mapolres Taput, seperti dilansir kompas.com,Selasa (9/8/2022).
Jumlah sisik trenggiling tersebut ternyata akan mencapai angka yang sangat besar jika dirupiahkan.
Jika harga sisik trenggiling saat ini diperkirakan mencapai Rp43 juta per kilogram, maka para tersangka bisa meraih uang Rp1,6 miliar jika menjual seluruh dari 38 kilogram sisik trenggiling yang mereka miliki.