Kisah CEO Starbucks yang Pernah Putus Asa dan Hampir Menyerah

Moh Habib Asyhad

Editor

Kisah CEO Starbucks yang Pernah Putus Asa dan Hampir Menyerah
Kisah CEO Starbucks yang Pernah Putus Asa dan Hampir Menyerah

Intisari-Online.com -Putus asa dan hampir menyerah pernah dialami oleh siapa saja, bahkan oleh seorang miliarder sekalipun. CEO Starbucks Howard Schultz juga mengaku pernah merasa putus asa dan hampir menyerah dalam hidupnya. Tapi kini sudah bangkit dan namanya dibicarakan di mana-mana.

Tak hanya soerang CEO, Schlultz juga dikenal sebagai seorang miliarder yang merintis usahanya dari bawah. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Schultz pernah begitu putus asa dan nyaris menyerah untuk membangun kopi impiannya.

Dalam sebuah seri wawancara orang tua-anak yang dirilis Huffington Post bertajuk “Talk To Me”, Schultz berbincang dengan sang putra, Jordan Schultz. Ia bercerita tentang momen di mana ia hampir saja menanggalkan impiannya untuk memiliki perusahaan kopi yang sukses.

Setelah berjuang selama bertahun-tahun, Schultz hampir saja berhenti berusaha setelah terlibat pembicaraan dengan ayah mertuanya. Sang mertua mendorong Schultz untuk berhenti melakukan hobinya, yakni berkutat dengan kopi.

Untungnya, Schultz juga sempat berbincang dengan Sheri, sang istri yang kala itu tengah mengandung dan merupakan satu-satunya pencari nafkah di dalam keluarga muda itu. Schultz pun berubah pikiran. “Ia (Sheri) berkata, ‘Kita akan mengejar mimpi yang kau miliki ini. Kita akan melihatnya terwujud.’ Dan sampailah kita di masa seperti ini,” ujar Schultz kepada sang putra.

Schultz lalu berpesan kepada para orangtua tentang pentingnya para orang tua yang sudah sukses tidak terlibat terlalu jauh dan membiarkan anak-anak mengejar mimpi mereka sendiri. “Kami (orangtua) akan membantu kalian kalau dibutuhkan, tapi kalian harus mewujudkan mimpi kalian sendiri, apa yang kalian sukai, dan ke depannya pasti akan berbuah manis,” ungkap Schultz.

Di akhir wawancara, Schultz pun berpesan kepada sang putra untuk tidak menjadi seseorang yang hanya mengamati. Ia meminta sang putra untuk menjadi orang yang bertindak, memiliki rasa ingin tahu, dan tak takut menciptakan perbedaan.(Kompas.com)