Intisari-Online.com -Alih-alih membanggakan medali Olimpiade-nya di hadapan warga negaranya, peraih medali asal Etiopia ini justru tak mau pulang ke negaranya karena takut ditangkap. Tanda “X” yang dibuatnya dalam selebrasi juaranya, dalam sekejap, mengubahnya dari pahlawan menjadi musuh pemerintah.
Feyisa Lilesa meraih medali perak cabang maraton putra Olimpiade Rio 2016, sementara emas diraih pelari unggulan asal Kenya, Eliud Kipchoge. Ia kemudian menjadi buah bibir saat membuat protes politik dengan menyilangkan kedua tangannya sesaat setelah melewati garis finis.
Tanda itu dibuatnya sebagai bentuk protesnya atas pembunuhan ratusan warga Oromo, etnis mayoritas Etiopia yang merasa dimarjinalisasi oleh pemerintah. Kelompok etnis ini menggelar protes terkait rencana pemerintah memindahkan mereka. Sebagian besar protes berakhir dengan pertumpahan darah.
Human Right Watch (HRW) melaporkan, lebih dari 400 orang tewas sejak November tahun lalu. Warga Oromo menggunakan tanda “X” sebagai lambang protes terhadap pemerintah Etiopia. Dan itu juga yang dilakukan oleh Lilesa di Brasil kemarin. Akibatnya, dalam beberapa detik Lilesa berubah dari pahlawan nasional menjadi musuh pemerintah Etiopia.
Kemungkinan besar itulah sebabnya Lilesa tak ada dalam pesawat yang membawa rombongan kontingen Etiopia saat mendarat di bandara internasional Addis Ababa, Senin malam. Sejumlah laporan menyebut, atlet tersebut kini tengah mencari suaka politik di Amerika Serikat. Namun, juru bicara Kemenlu AS menolak membicarakan masalah ini secara spesifik.
“Kami mendorong semua pemerintahan di dunia agar menghormati hak-hak individu yang ingin menyampaikan pendapat secara damai,” demikian Kemenlu AS.
Sementara itu agen Lilesa, Federico Rosa, sebelumnya mengatakan bahwa pelari itu tak akan pulang ke negaranya setelah melakukan aksi protes, meski pemerintah Etiopia menjamin Lilesa tak akan menghadapi masalah hukum apapun. “Saya kira tak ada jalan lagi baginya untuk kembali ke Etiopia. Banyak orang yang menyarankan agar dia tak kembali,” ujar Rosa.
Rosa, yang tinggal di Italia dan sudah menjadi agen Lilesa selama tiga tahun, menambahkan, ia tak tahu pasti rencana Lilesa selanjutnya usai Olimpiade. “Saya tak bisa mengatakan apa-apa karena saya belum berbicara lagi dengan dia sejak dia meraih perak,” tambah Rosa.(Kompas.com)