Intisari-Online.com - Dari Towil kita bisa belajar bahwa dengan tekad dan pikiran kreatif, rezeki bisa datang dari hobi. Ya, Towil berani keluar dari pekerjaan sehari-harinya dan menekuni hobinya bergelut dengan sepeda onthel. Mengibarkan Towilfiets, layanan wisata desa dengan sepeda onthel, Towil pun bisa hidup dari sepeda-sepeda onthelnya.Towil, atau Mantowil, berasal dari Dusun Bantar, Banguncipto, Sentolo Kulonprogo. Saat ini ia menjadi ketua Podjok atau Paguyuban Onthel Djogja. Sepeda awalnya hobi, namun kini menjadi profesi. Ada sekitar 60 sepeda onthel di rumah Towil yang siap mengantar tetamunya mengikuti wisata Towilfiets. Rata-rata 10 orang turis asing setiap harinya menggunakan jasa Towilfiets.Wisatawan diajak melihat Jembatan Bantar yang terletak tak jauh dari rumahnya. Jembatan yang melintasi Sungai Progo dan menghubungkan Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulonprogo ini dibangun tahun 1930 dan dirancang oleh Ir. Soekarno, presiden pertama RI. Setelah itu diajak berkeliling pedesaan di sekitar rumah Towil. Perjalanan ini akan melintasi pusat kerajinan tenun tradisional. peternakan, jamu gendong, kerajinan tempe, pertanian, pasar tradisional, sampai pelayanan dukun pijat bayi.Tak hanya melihat, turis asing itu juga diajak ikut berperan serta. Saat musim tanam padi misalnya, mereka akan diajak untuk ikut bercocok tanam juga. Lalu menimba air dari sumur menggunakan kerekan dan memasak dengan kayu bakar. Jika ingin merasakan suasana lebih lama turis asing diperbolehkan menginap di beberapa rumah penduduk.Towil yakin bahwa pengalaman yang menurut kita biasa saja itu akan sangat berkesan bagi turis asing karena para turis yang kebanyakan orang kota dan dari budaya yang berbeda. Sama seperti dengan orang Indonesia yang terpukau oleh atraksi mencukur bulu domba di peternakan di Australia misalnya.Sebenarnya Towil sudah menemukan ide wisata desa dengan sepeda tua jauh sebelum ia kenal dengan onthel. Namun karena belum punya sepeda ia menyimpan saja ide itu. Perlahan ia mulai mengumpulkan uang dan akhirnya tahun 2000 pria kelahiran Boyolali tahun 1973 ini kesampaian membeli sepeda onthel merek Raleigh buatan Inggris. Harganya saat itu Rp 800 ribu. Setelah itu, satu per satu ia membawa onthel ke rumahnya.Setelah terkumpul lima sepeda onthel Towil pun keluar dari pekerjaannya sebagai penjual kerajinan tangan. Untuk memasarkan jasa wisata sepedanya Towil mengandalkan setumpuk kartu nama dari para relasi biro wisata yang ia kenal. Pelan tapi pasti Towilfiets dikenal turis mancanegara. Namun, siapa akan menyangka bahwa dulu saat gandrung bersepeda kehidupan Towil sempat kacau balau. Semau pekerjaan yang dilakukannya terlantar. Kewajiban menafkahi anak dan istri pun terabaikan.Toh, tekad dan pikiran kreatif membuat Towil bisa mengais rezeki dari hobi. (Intisari Extra: Kreatif)