Intisari-Online.com - Waktu masih menunjukkan pukul 09.00. Namun satu rombongan pelancong sudah berjalan kaki menyusuri jalan setapak di tepi lapangan bola di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Salah seorang, yang menjadi pemandu berujar, “Sekarang kita menuju lokasi penangkaran penyu.”
Mereka adalah satu dari beberapa rombongan wisatawan yang bergabung dengan rombongan lain yang sudah berkumpul di lokasi penangkaran penyu. Hanya ada dua bangunan untuk penangkaran serta satu pos jaga. Satu orang pria berbaju merah tua dan bercelana pendek hitam dengan semangat memberi penjelasan kepada beberapa wisatawan.
Sayang, karena jumlah pengunjung sangat banyak, lebih dari 50 orang, pria berbaju merah yang dikenal sebagai Salim tersebut hanya dapat memberi penjelasan pada beberapa orang. “Ya, mau gimana lagi, orangnya banyak banget,” tuturnya. Namun dia selalu memastikan bahwa pemandu harus orang yang dapat dipercaya mampu mengawasi rombongannya.
Salim berujar keterlibatannya dalam penangkarang penyu sebenarnya tidak sengaja. Sekitar 20 tahun yang lalu dia terdampar di Pulau Penjaliran, masih di gugusan Kepulauan Seribu. Dengan kondisi kapal hancur dan perbekalan habis, Salim akhirnya memutuskan untuk menetap di pulau tersebut. Bahkan dia mendapat pekerjaan dan istri di sana.
Peraih Kalpataru tahun 2006 karena dinilai berhasil melestarikan bakau dan penyu sisik ini mengisahkan dirinya sempat memperjualbelikan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) saat masih di awal “perkenalan” dengan penyu sisik. Namun setelah diberitahu, dia malah beralih menjadi pelindung para penyu tersebut.
Kini, dia sudah menjadi Kepala Seksi Penangkaran Penyu Sisik di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. “Tapi saya enggak bisa disiplin, pakai baju aja compang-camping gini,” tuturnya. Selain berasal dari dana pemerintah, untuk membiayai penangkaran penyu, Salim menjual bibit bakau kepada lembaga-lembaga yang ingin melakukan program corporate social responsibility.
“Yah, apa pun caranya yang saya lakuin, yang penting penyu bisa hidup dan Pulau Pramuka bisa bagus,” pria kelahiran Jepara, 29 Oktober 1950 tersebut berucap.