Hidup Mujur ala Darwis Triadi (3)

Jeffrey Satria

Penulis

Hidup Mujur ala Darwis Triadi (3)
Hidup Mujur ala Darwis Triadi (3)

Intisari-Online.com - Lebih dari tiga dekade Darwis Triadi menggeluti dunia fotografi. Ribuan karya telah ia hasilkan. Foto para model dan peragawati, sampul majalah dan aneka packaging, kalender, poster, juga foto-foto produk terkenal seperti Nokia, Philips, BCA, Permata Bank, Sari Ayu Martha Tilaar, Warner Music, Sony Ericsson, Sony Music, dan banyak lagi. Ia juga menerbitkan buku fotografi seperti Kembang Setaman, Secret Lightning, dan Terra Incognita. Darwis juga sempat menerbitkan majalah Indonesia Photographer Magazine, sayangnya tak berjalan lama.

Bicara soal prestasi internasional, Darwis pernah mendapat kepercayaan untuk menampilkan karyanya di majalah tahunan Hasselblad pada tahun 1990. Ia juga sempat mempresentasikan slides-nya di acara Photo Kina International Competition yang diadakan di Koln, Jerman. Karya-karyanya juga pernah tampil dalam majalah Vogue pada artikel khusus tentang Indonesia.

Sebagai fotografer profesional yang kenyang makan asam garam, Darwis tak ragu berbagi dengan para fotografer muda. Pria yang karyanya pernah menghias kalender Broncolor, produsen lampu Bron asal Swiss ini, mengaku senang mengajar sejak dulu dan bercita-cita untuk memiliki wadah bagi para fotografer muda. Keinginannya itu ia wujudkan pada tahun 2002 dengan membuka kursus fotografi yang ia beri nama Darwis Triadi School of Photography.

“Tahun 1985 sampai 1986 saya sudah seneng ngajar. Dan kalau saya eksperimen, saya pasti cerita dengan temen-temen saya. Mulut gak bisa diem,” ujar ayah dua anak itu.

Bagi para fotografer muda, ada tiga wejangan yang kerap diberikan Darwis. Yang pertama adalah spirit atau semangat. Tanpa semangat, para fotografer rentan untuk tergoda dan meninggalkan komitmen terhadap dunia fotografi. Inilah alasan, mengapa Darwis tak pernah mau terjun ke dunia film. Ia tak mau melukai komitmennya terhadap fotografi. Selain semangat, motivasi dan mental juga harus dimiliki oleh para fotografer. Tanpa motivasi yang jelas, tak akan ada yang bisa bertahan di dunia fotografi. Lalu, seorang fotografer harus memiliki mental yang baik. “Kalau tidak, 10 hingga 30 tahun ia akan sama saja,” ujar Darwis.

Soal mental, Darwis menyayangkan, banyak fotografer profesional yang masih berpikir tentang masa lalu. Padahal fotografi sejatinya berbicara tentang masa depan. “Makanya di fotografi gak ada istilah senior, karena saya gak pernah memposisikan diri. Kalau sudah memposisikan di situ, ya udah saya berhenti,” ujar penggiat Asosiasi Professional Photographer Indonesia (APPI) ini.

Ya, Darwis tak pernah berhenti di satu posisi. Ia bahkan selalu belajar. Saat kamera mulai berevolusi dari analog menjadi digital, ia sempat mengalami kegalauan. Namun, pria yang mengaku gaptek ini memutuskan untuk tetap maju dan mempelajari fotografi digital.

Di akhir perbincangan, kami bertanya apa sebetulnya makna fotografi bagi diri Darwis. Ia hanya menjawab singkat, “Kehidupan.” Itulah kemujuran ketiga Darwis. Ia merasa mujur bisa menemukan fotografi di pangkal hidupnya, dan akan mengakhirnya pula dalam fotografi.