Mari Sebarkan Senyum dan Tawa (2)

Ade Sulaeman

Penulis

Mari Sebarkan Senyum dan Tawa (2)
Mari Sebarkan Senyum dan Tawa (2)

Intisari-Online.com - “Kak Dan, Kak Dedi,” anak-anak Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara menyapa Dan Roberts dan Dedi Purwadi, dua dari empat pengajar dari Red Nose Foundation (Yayasan Hidung Merah / YHM) yang pagi itu akan menjadi teman sekaligus guru mereka.

Tidak lupa mereka melakukan tos pada kakak-kakaknya tersebut. Beberapa di antaranya baru berusia 5-6 tahun, namun, mereka tidak segan untuk ikut mengangkut barang-barang dari mobil YHM. Barang-barang tersebut akan dipergunakan untuk mereka belajar di kelas.

Di lantai dasar berukuran 5x7 meter dari sebuah bangunan dua lantai, kelas hari itu diawali dengan kelas taman kanak-kanak. Tidak terdapat satupun bangku di ruang kelas ini. Meski begitu, menurut Dedi Purwadi (salah satu tim inti YHM yang dipimpin oleh Dan Roberts) ruangan ini lebih baik dibanding tempat latihan dan belajar sebelumnya. “Awalnya itu di pos pengamanan, kecil banget tempatnya,” kenang Dedi. Bahkan sempat pula menjadikan dapur warga sebagai tempat latihan.

Untungnya ada seorang rekan YHM yang mau memberikan bantuan dana untuk membangun ruang kelas. Secara kebetulan juga ada warga yang rumahnya hampir rubuh. Dibangunlah bangunan dua lantai dengan lantai dasar digunakan untuk latihan sementara lantai atasnya untuk ditinggali pemilik rumah yang direnovasi.

Lokasi latihan anak-anak YHM di Cilincing lebih beruntung dibandingkan dengan lokasi rekannya di Bintaro. Dengan jumlah anak sekitar 25 orang, saat belajar mereka harus berdesakkan di ruangan sempit. Sementara untuk latihan, mereka melakukannya di lapangan terbuka. “Kalau hujan ya sudah, tidak latihan,” Dedi bercerita.

Hanya di hari minggu anak-anak YHM yang berasal dari Cilincing dan Bintaro bertemu, yaitu saat mereka berlatih bersama di Jakarta International School. Berhubung tidak sedikit stasiun televisi dan lembaga-lembaga tertentu yang meminta anak-anak didik YHM unjuk kebolehan bermain sirkus, maka pertemuan di hari minggu ini juga dijadikan persiapan untuk mereka tampil.

Untuk persiapan manggung ini, tidak jarang-jarang anak-anak harus menginap di rumah Dan di kawasan Pondok Indah. Untungnya orangtua mereka sudah percaya pada pengasuh YHM, termasuk saat beberapa orang anak diajak Dan ke Circus Smirkus di Amerika Serikat. Bahkan bisa dikatakan kepercayaan mereka sangat tinggi. Misalnya saja dalam memilih sekolah. “Terserah kakak aja yang milihin sekolahnya,” Dedi menirukan ucapan salah seorang warga.

Kepercayaan ini juga yang mampu membangkitkan mimpi-mimpi terpendam dari anak-anak didik YHM. Dengan taglineHelping children build dreams”, YHM membantu anak-anak untuk berani bermimpi. Salah satu caranya dengan melatih kemampuan sirkus. Sebuah cara yang akan menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak didik YHM bahwa dirinya juga memiliki kemampuan yang seperti anak-anak lainnya.

Salah satu dampak yang terasa dari usaha YHM ini adalah munculnya pergeseran cita-cita pada diri anak-anak tersebut. Mereka yang awalnya hanya bermimpi untuk menjadi nelayan, ibu rumah tangga, atau pengupas kerang, kini memiliki mimpi yang beragam, mulai dari menjadi polisi, pramugari, dokter, guru, model atau pilot.

Pendidikan formal tentu saja menjadi prioritas utama dalam upaya mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Oleh karenanya, selain mendorong anak-anak untuk bersekolah, YHM juga melakukan pendekatan kepada para orang tua mereka tentang pentingnya sekolah. Kebanyakan dari mereka menerima.

Dan juga konsisten pada pilihannya untuk memprioritaskan pendidikan, bahkan dibandingkan kemampuan anak-anak di bidang sirkus. Salah satu buktinya adalah dengan membatasi intensitas manggung hanya dua kali dalam satu bulan, kecuali saat liburan sekolah. “Kita 'kan fokusnya pada pendidikan, bukan untuk tampil disana-sini,” jelas Dan.